ADB: Indonesia Perlu Kembangkan Teknologi di Sektor Manufaktur

12 Agustus 2019 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pabrik garmen. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pabrik garmen. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Asian Development Bank (ADB) menilai Indonesia perlu mengembangkan sektor manufaktur sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini. Apalagi, andil sektor manufaktur merupakan yang terbesar bagi perekonomian domestik.
ADVERTISEMENT
Perwakilan ADB Mike Gregory menuturkan, di beberapa negara sudah mengembangkan sektor manufaktur yang dibarengi dengan inovasi dan teknologi. Bahkan output manufaktur di sejumlah negara tersebut diperkirakan terus meningkat hingga 35 persen di 2026.
"Di Australia manufakturnya meningkat antara 25-35 persen di 2026. Mereka sesuaikan dengan inovasi, produknya, prosesnya, supply chain, dan delivery," ujar Gregory di Gedung BI Thamrin, Jakarta, Senin (12/8).
Begitu juga dengan Singapura, yang pada 2024 produktivitas pekerjanya diprediksi meningkat hingga 30 persen. Output manufaktur Singapura juga diprediksi naik hingga 15-20 persen di 2024.
"Efisiensi yang dilakukan perusahaan lokalnya naik 30 persen karena meningkatkan teknologi," katanya.
Pabrik Toyota Indonesia. Foto: Istimewa
Gregory juga mengatakan, diperlukan kebijakan pemerintah yang tepat untuk mendorong industri manufaktur. Misalnya sistem yang terintegrasi, sistem hukum yang lebih fleksibel, meningkatkan riset dan pengembangan, serta menyatukan dunia industri dan akademisi.
ADVERTISEMENT
"Diperlukan keragaman kebijakan yang disesuaikan dengan keperluan," kata dia.
Dia pun menyarankan agar pemerintah Indonesia bisa mencontoh sejumlah negara yang telah berhasil mengembangkan industri manufaktur sesuai dengan perkembangan yang ada.
"Respons kebijakan harus dialamatkan untuk riset dan pengembangan, infrastruktur, kapasitas teknologi, keamanan dan berbagai standar lainnya," tambahnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri manufaktur besar, sedang, maupun kecil melambat pada kuartal II 2019. Hal ini sejalan dengan kondisi global maupun ekspor yang juga mengalami perlambatan.
Selama kuartal II 2019, produksi manufaktur besar dan sedang sebesar 3,62 persen, melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,45 persen.
Sementara itu, industri mikro dan kecil mencatatkan pertumbuhan produksi yang lebih tinggi dibandingkan industri besar dan sedang, yaitu sebesar 5,52 persen. Angka ini juga melambat jika dibandingkan dengan kuartal II 2018 yang tumbuh 6,88 persen.
ADVERTISEMENT