ADB Pangkas Proyeksi Ekonomi Asia dan Pasifik, Hanya Tumbuh 4,9 Persen di 2025

9 April 2025 11:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melintasi gedung Asian Development Bank. Foto: Poetra.RH/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Warga melintasi gedung Asian Development Bank. Foto: Poetra.RH/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Asian Development Bank (ADB), memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik yang sedang berkembang tumbuh sebesar 4,9 persen pada tahun ini. Angka ini sedikit menurun dari proyeksi ADB tahun lalu sebesar 5,0 persen.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan tersebut didukung permintaan domestik yang solid dan permintaan global yang kuat terhadap semikonduktor, yang terdorong oleh peningkatan penggunaan kecerdasan buatan. Namun, tarif dan ketegangan perdagangan menjadi kendala utama.
Sementara itu, pertumbuhan regional diperkirakan akan menurun lebih lanjut menjadi 4,7 persen pada tahun depan.
Sementara itu, inflasi diproyeksikan melandai menjadi 2,3 persen tahun ini dan 2,2 persen tahun depan, seiring dengan terus turunnya harga pangan dan energi global.
Perkiraan ini disusun sebelum pengumuman tarif baru oleh pemerintah Amerika Serikat pada 2 April lalu, sehingga proyeksi dasar hanya mempertimbangkan tarif yang berlaku sebelumnya.
Meski demikian, Asian Development Outlook (ADO) April 2025 menyajikan analisis mengenai potensi dampak dari kenaikan tarif terhadap pertumbuhan di kawasan Asia dan Pasifik.
ADVERTISEMENT
Laporan tersebut mencatat bahwa meskipun perekonomian kawasan cukup tangguh, perubahan kebijakan perdagangan dan ekonomi di Amerika Serikat yang lebih cepat dan besar dari perkiraan menjadi risiko terhadap prospek pertumbuhan.
Selain kenaikan tarif, kebijakan dan tindakan fiskal yang meningkat di Amerika Serikat dapat memperlambat perdagangan, investasi, dan pertumbuhan secara keseluruhan.
“Berbagai perekonomian di kawasan Asia dan Pasifik yang sedang berkembang ditopang oleh fundamental yang kuat, sehingga menjadi landasan bagi ketangguhan di tengah lingkungan global yang menantang ini,” ujar Kepala Ekonom ADB Albert Park.
“Kenaikan tarif, ancaman terhadap kebijakan Amerika Serikat, dan kemungkinan meningkatnya ketegangan geopolitik merupakan tantangan signifikan terhadap prospek ke depan. Ekonomi-ekonomi Asia harus mempertahankan komitmen untuk membuka perdagangan dan investasi, yang telah menjadi pendorong utama pertumbuhan dan ketahanan kawasan ini,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Kemerosotan lebih lanjut pasar properti di Republik Rakyat Tiongkok (RRT), yang merupakan perekonomian terbesar di kawasan, juga berpotensi menghambat pertumbuhan.
ADB memproyeksikan ekonomi RRT akan tumbuh 4,7 persen pada tahun ini dan 4,3 persen pada tahun depan, lebih rendah dibandingkan dengan 5,0 persen pada tahun lalu.
Sementara itu, pertumbuhan yang lebih kuat di Asia Selatan dan Asia Tenggara yang ditopang oleh permintaan domestik serta pemulihan sektor pariwisata dapat mengimbangi perlambatan di RRT.
Proyeksi ADB soal Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik. Foto: Dok. Istimewa
India, sebagai perekonomian terbesar di Asia Selatan, diperkirakan tumbuh sebesar 6,7 persen tahun ini dan 6,8 persen tahun depan. Ekonomi Asia Tenggara sendiri diproyeksikan tumbuh 4,7 persen pada tahun ini dan tahun depan.
Permintaan eksternal yang melemah akan mendorong perlambatan kegiatan ekonomi di kawasan Kaukasus dan Asia Tengah. Pertumbuhan di kawasan ini diperkirakan melambat dari 5,7 persen pada tahun lalu menjadi 5,4 persen tahun ini, dan 5,0 persen pada tahun depan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, di wilayah Pasifik, sektor pariwisata masih menjadi penopang pertumbuhan, meskipun dengan laju yang lebih lambat. Pertumbuhan ekonomi di Pasifik diperkirakan sebesar 3,9 persen tahun ini dan 3,6 persen tahun depan, dibandingkan dengan 4,2 persen pada tahun lalu.
ADB merupakan bank pembangunan multilateral terkemuka yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan, inklusif, dan tangguh di Asia dan Pasifik.
Bekerja sama dengan para anggota dan mitra untuk menghadapi tantangan kompleks secara kolektif, ADB memanfaatkan perangkat keuangan inovatif serta kemitraan strategis guna mengubah kehidupan, membangun infrastruktur berkualitas, dan menjaga kelestarian lingkungan. Didirikan pada tahun 1966, ADB memiliki 69 anggota, dengan 49 di antaranya berasal dari kawasan Asia dan Pasifik.