Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank /ADB) memproyeksikan ekonomi Indonesia minus 1 persen di tahun ini. Proyeksi ini menurun dibandingkan laporan April 2020, di mana ADB memproyeksi ekonomi Indonesia masih positif 2,5 persen.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan ADB, kontraksi ekonomi tahun ini terjadi pertama kalinya sejak krisis keuangan Asia tahun 1997–1998. Perekonomian domestik diperkirakan pulih di 2021, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi mencapai 5,3 persen.
Secara keseluruhan, ADB menurunkan proyeksi ekonomi untuk Asia Tenggara menjadi minus 3,8 persen, dari sebelumnya proyeksi di Juni sebesar minus 2,7 persen.
Kepala Ekonom ADB, Yasuyuki Sawada, menjelaskan perekonomian yang terkontraksi tersebut disebabkan karantina wilayah dan pembatasan perjalanan di beberapa negara akibat pandemi COVID-19 .
Sawada pun memberikan perhatian kepada Indonesia lantaran jumlah kasus COVID-19 yang terus meningkat di Tanah Air. Hal ini membuat pemulihan ekonomi menjadi lebih lambat di tahun ini.
"Karena infeksi COVID-19 terus meningkat di beberapa negara, terutama Indonesia dan Filipina, dan wabah mengejutkan muncul kembali di tempat lain di sub kawasan tersebut, terutama di Vietnam, pemulihan ekonomi berjalan lambat dan menyulitkan," tulis Sawada dalam laporan ADB Outlook 2020, Rabu (16/9).
ADVERTISEMENT
ADB juga menyebutkan, ekonomi Indonesia menurun akibat konsumsi rumah tangga yang juga merosot pada semester I 2020. Hal ini karena pendapatan rumah tangga yang menurun dan adanya penundaan investasi oleh dunia usaha.
Permintaan terhadap ekspor Indonesia juga merosot, seiring diberlakukannya karantina wilayah di seluruh dunia.
ADB memprediksi belanja rumah tangga masih akan tetap rendah dalam waktu dekat, mengingat adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB ) untuk menanggulangi penyebaran virus.
"Karena permintaan global dan domestik akan tetap lemah pada 2020, kegiatan perdagangan dan investasi pun akan tetap rendah," jelasnya.
Permintaan domestik yang melemah itu juga terlihat dari proyeksi inflasi yang masih rendah. Tahun ini, ADB memperkirakan laju inflasi Indonesia hanya 2 persen, menurun dibandingkan laporan April sebesar 3 persen.
ADVERTISEMENT
Laju inflasi diperkirakan sedikit meningkat menjadi 2,8 persen di 2021.
Meski demikian, defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) diperkirakan akan mengecil menjadi 1,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) di tahun ini.
"Hal tersebut karena impor barang modal merosot lebih tajam daripada kontraksi pendapatan dari pariwisata dan ekspor komoditas," pungkasnya.