Adidas Bakal Naikkan Harga Produk di AS Imbas Tarif Trump

29 April 2025 14:04 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi logo adidas. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi logo adidas. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perusahaan raksasa peralatan olahraga, Adidas, mengkonfirmasi kenaikan harga produk pada tahun ini akibat biaya operasional yang kian tinggi.
ADVERTISEMENT
Kenaikan biaya operasional ini imbas kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump yang berdampak terhadap semua produknya.
Mengutip Reuters, meski berencana menaikkan harga produk, perusahaan asal Jerman ini memastikan target kinerja perseroan tetap sesuai proyeksi.
"Kenaikan biaya pada akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga, tetapi saat ini tidak mungkin untuk mengukurnya atau menilai dampaknya terhadap permintaan konsumen untuk produknya," tulis laporan Reuters seperti yang dikutip kumparan, Selasa (29/4).
CEO Adidas Bjorn Gulden dalam sebuah pernyataan, menyoroti dampak potensial pada perusahaan dari kenaikan umum tarif dari semua negara asal lainnya.
"Meskipun kami telah mengurangi ekspor Tiongkok ke AS seminimal mungkin, kami agak terkena tarif yang sangat tinggi saat ini," kata
Sebelumnya, President & CEO SAIAC untuk Asia Pasifik, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika, Shaanti Shamdasani pernah menyampaikan bahwa industri alas kaki dan pakaian Vietnam akan sangat terdampak oleh kebijakan Trump.
ADVERTISEMENT
Apalagi banyak merek-merek sepatu global yang berproduksi di sana.
"Tarif baru ini diperkirakan akan meningkatkan biaya produksi bagi perusahaan seperti Nike dan Adidas, yang sangat bergantung pada manufaktur di Vietnam," kata Shaanti dalam analisisnya, Kamis (3/4).
Selama ini 50 persen produksi sepatu dan 28 persen pakaian Nike di dunia diproduksi di Vietnam.
Selain alas kaki dan pakaian, Vietnam juga menjadi basis manufaktur alternatif untuk elektronik, termasuk ponsel pintar dan televisi, karena perusahaan berupaya mendiversifikasi rantai pasokan mereka dari China. Tarif ini dapat mengganggu operasi manufaktur dan mempengaruhi pasokan global produk elektronik.