Agen Sepak Bola di RI Bisa Raup Cuan Ratusan Juta dari Bisnis Transfer Pemain

3 Juni 2021 11:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Manchester United Paul Pogba saat melawan AS Roma pada pertandingan leg pertama semi final Liga Europa di Old Trafford, Manchester, Inggris. Foto: Phil Noble/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Manchester United Paul Pogba saat melawan AS Roma pada pertandingan leg pertama semi final Liga Europa di Old Trafford, Manchester, Inggris. Foto: Phil Noble/REUTERS
ADVERTISEMENT
Aktivitas jual beli pemain sepak bola selalu menjadi pusat perhatian dalam industri kulit bundar. Salah satu profesi yang menekuni aktivitas transfer pemain bola dibuka adalah seorang agen.
ADVERTISEMENT
Bisa dibilang Mino Raiola merupakan salah satu agen sepak bola paling populer di dunia, khususnya Eropa. Ia membawahi atlet papan atas seperti Paul Pogba, Erling Haaland hingga Zlatan Ibrahimovic.
Di Indonesia sendiri orang-orang merujuk Mino Raiola kepada sosok Muly Munial. Muly yang telah belasan tahun menjadi agen pemain di Indonesia ini memiliki hubungan kerja dengan pemain-pemain bintang seperti Bambang Pamungkas, Ponaryo Astaman, Evan Dimas hingga Hanif Sjahbandi.
Muly mengatakan, salah satu pendapatan agen yaitu melalui transfer pemain. Di Indonesia sendiri fee untuk agen sekitar 10-15 persen.
“Agen rata-rata standar di dunia itu 10 persen sampai 15-20 persen. Cuma Saya rata-rata di minimum 10 persen,” katanya kepada kumparan di Epiwalk Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (2/6).
Evan Dimas merayakan golnya ke gawang Borneo FC. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Beberapa pemain lokal dengan status bintang mendapat kontrak mencapai Rp 2-3 miliar per tahun. Bisa dibilang sekitar Rp 200 juta - Rp 300 juta masuk ke kantong para agen setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, skema belanja pemain di liga Indonesia masih menggunakan kontrak jangka pendek atau satu tahun. Kontrak jangka pendek ini kerap kali menjadi persoalan bagi agen karena pergantian kepemilikan yang kerap kali terjadi dalam beberapa tahun saja.
“Sekarang kita enggak tau siapa pemilik klub tahun depan. Jarang ada transfer fee,” imbuh Muly.
Pria gelar Master of Business Administration (MBA) dari Australia ini menambahkan, konflik yang kerap terjadi antara agen dan pemain yaitu terjadinya komunikasi langsung dengan klub bola. Artinya agen tak mengetahui kontrak yang terjadi antara kedua belah pihak.
“Ini kadang peraturan masih amburadul di Indonesia karena banyak klub-klub pemain yang komunikasi direct, padahal pemain itu masih dalam kontrak dengan klub,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, para pemain profesional seharusnya terus menjalin hubungan secara transparan dengan agen. Hal ini akan menjadikan hubungan kerja sama jangka panjang. Sebab, menurutnya seorang atlet jauh lebih penting fokus untuk meningkatkan kualitas skill dan fisik, ketimbang harus berhadapan dengan persoalan hukum, kontrak dan hal-hal legalitas lainnya.
“Siapa sih yang mau baca kontrak 50 halaman misalnya pemain ya males karena ada hal hal detail harga kontrak dan berapa tahun tujuan agen untuk membaca itu untuk menegosiasikan,” jelasnya.