Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ahok Bongkar Rencana BUMN Beli Produsen Mobil Listrik Jerman dengan Harga Mahal
24 November 2021 16:53 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok membongkar rencana Indonesia Battery Corporation (IBC) mengakuisisi produsen mobil listrik asal Jerman dengan harga mahal.
ADVERTISEMENT
Rencana itu diketahui Ahok dari paparan anak usaha Pertamina, yaitu PT Pertamina Power Indonesia (PPI) yang merupakan Subholding Pertamina Power & New Renewable Energy (PNRE). Pertamina adalah salah satu dari 4 BUMN yang membentuk dan memiliki saham di IBC. Tiga BUMN lain yang memiliki saham IBC adalah MIND ID, PLN, dan Antam.
Ahok menuturkan, rencana akuisisi itu dibalut dengan alasan agar Indonesia bisa menembus pasar mobil listrik Amerika Serikat dan China. Rencana itu ditentang Ahok karena tak masuk akal dan berpotensi merugikan negara.
"Judgement beli pabrik mobil listrik Jerman, saya mesti tanya dulu. Kenapa mesti beli mobil listrik Jerman untuk angkut barang misalnya? Saya harus mikir. Saya dengar IBC ini mau beli pabrik mobil listrik di Jerman ini. Itu PPI pernah paparan ke kami di Dekom (Dewan Komisaris Pertamina). Saya bilang narasinya apa mesti beli mobil listrik di Jerman? (Katanya) supaya kita bisa masuk ke pasar Amerika, China. Itu yang saya bilang hati-hati," kata Ahok dalam akun YouTube Panggil Saya BTP, dikutip kumparan pada Rabu (24/11).
Ahok membeberkan, perusahaan mobil listrik asal Jerman itu mau diakuisisi dengan harga yang menurutnya terlalu mahal. Perhitungan harga sahamnya menggunakan future valuation dengan alasan bisnisnya bakal bagus di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Tapi Ahok berpendapat bahwa perhitungan nilai perusahaan mobil listrik asal Jerman itu mengada-ada karena bisnis kendaraan listrik masih belum pasti. Dasar perhitungannya tidak kuat. Ahok menduga ada permainan di situ, ada gelagat niat buruk.
"Anda tidak boleh membeli sesuatu atau mengarang future valuasinya ke depan. Dasarnya apa valuasi future? Ini barang baru. Itu saya tanya, mens rea-nya apa? Anda bodoh atau tadi ada yang nitip beli barang 20 jadi 170? Kalau suatu hari anda masuk penjara, jangan bilang ini hanya keputusan bisnis. Bullshit," tegasnya.
Alasan agar bisa masuk ke pasar Amerika Serikat dan China juga dinilai Ahok mengada-ada. Sebab, Amerika Serikat sudah punya Tesla dan China punya Wuling. Kedua negara itu sudah punya industri kendaraan listrik yang maju. Sulit disaingi.
ADVERTISEMENT
"Ketika anda bicara depan saya, saya kejar anda mulai ngaco, saya bisa dengan cepat menangkap anda mens rea-nya enggak beres. Perlu enggak kita beli mobil listrik di Jerman untuk masuk ke pasar Amerika dan China? Perlu katanya, karena bisa laku di Amerika dan China. Bos, di Amerika ada Tesla. Di China Wuling (harganya) mobil listrik cuma Rp 50 juta. For what?," kata Ahok.
Daripada mengakuisisi perusahaan asal Jerman dengan harga tinggi, Ahok berpendapat lebih baik IBC mendorong pengembangan kendaraan listrik di dalam negeri. Jika Indonesia belum menguasai teknologinya, bisa saja bekerja sama dengan perusahaan asing untuk alih teknologi.
"Lebih baik ngembangin anak-anak ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), kalau anda enggak ngerti, kenapa anda enggak ngajak Wuling misalnya. Kenapa anda enggak lakukan seperti itu?," ujar Ahok.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Ahok berpendapat bahwa bisnis baterai kendaraan listrik lebih prospektif ketimbang kendaraan listriknya. Ia memprediksi, penjualan baterai lebih moncer ketimbang kendaraannya.
"Teman saya beli motor listrik. Baterainya rusak. Ketika dia mau ganti, harga baterainya hampir setengah harga motor. Artinya apa? Yang untung jual baterainya dong. Berarti udah benar kita bikin IBC," tutupnya.