Ahok Ungkap Bos PLN Ngamuk karena Dinilai Tak Mampu Pasok Listrik Blok Rokan

8 Juli 2021 14:41 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:50 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjawab pertanyaan wartawan saat tiba di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (25/11).  Foto:  ANTARA FOTO/Hiro
zoom-in-whitePerbesar
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjawab pertanyaan wartawan saat tiba di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (25/11). Foto: ANTARA FOTO/Hiro
ADVERTISEMENT
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, mengungkapkan cerita di balik alih kelola pasokan listrik Blok Rokan ke PT PLN.
ADVERTISEMENT
Sebelum BUMN setrum resmi menandatangani perjanjian jual beli saham untuk akuisisi 100 persen saham PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN) yang dimiliki Chevron Standard Limited (CSL), pasokan listrik ini memang sempat jadi ganjalan dalam alih kelola Blok Rokan dari Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke Pertamina.
Ahok mengungkapkan, saat itu sempat ada wacana untuk pengadaan pasokan listrik dengan anggaran mencapai USD 200 juta. Besarnya dana yang ingin digelontorkan itu membuat Ahok menolak usulan tersebut.
Dia kemudian menyarankan agar listrik ini dikelola oleh PLN yang notabene kelebihan pasokan. Saran tersebut sempat ditolak atas alasan kemampuan PLN diragukan. Ini kemudian, kata Ahok, sempat berujung marahnya Dirut PLN Zulkifli Zaini dalam rapat tersebut.
"Mau dianggarkan USD 200 juta untuk membeli pembangkit listrik dan uap, saya tidak mau. Saya bilang PLN kelebihan pasokan listrik, kita BUMN kok, kelebihan listrik di Sumatera rugi triliunan kenapa enggak mau ngasih PLN? 'Oh enggak bisa Pak, PLN enggak sanggup'," beber Ahok dalam webinar terkait etika bisnis yang digelar PPM Manajemen, Kamis (8/7).
ADVERTISEMENT
Ilustrasi kilang minyak Pertamina Blok Rokan. Foto: Pertamina
"Sampai Pak Zulkifli ngamuk dalam rapat: Kalian menghina saya ya sebagai PLN? Masak kita listrik enggak sanggup," sambung Ahok menirukan ucapan bos PLN.
Ahok melanjutkan, kemudian muncul sedikit negosiasi ke anggaran USD 175 juta sehingga ada penghematan USD 25 juta. Dia menegaskan tetap tidak menyetujui pembelian tersebut. Alhasil muncul ancaman bahwa Blok Rokan tidak akan bisa beroperasi saat sudah alih kelola lantaran tidak ada pasokan listrik.
Dalam perkembangannya, pengadaan listrik untuk ladang minyak terbesar Indonesia itu akhirnya dilakukan PLN. Titik temu akhirnya tercapai setelah CSL setuju menjual sahamnya di MCTN kepada PLN.
Sampai saat ini PLN belum dapat menyebut harga saham MCTN yang dibelinya karena terikat Non Disclosure Agreement (NDA). Ahok kemudian membeberkan kalau anggaran ini hanya berkisar antara USD 25 juta hingga USD 45 juta.
ADVERTISEMENT
"Saya enggak mau beli, terus ngancam saya, 'nanti Agustus serah terima Chevron Anda enggak bisa operasikan enggak ada listrik. Saya bilang coba aja, gue rampok lu. Sa bilang enggak ada beli membeli, itu PLN akhirnya USD 45 juta kalau enggak salah, atau USD 25 juta, di kisaran itu," tutur mantan Gubernur DKI Jakarta.