Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Dua produsen pesawat dunia, Airbus dan Boeing , telah melaporkan kinerja keuangan kuartal II 2019. Kedua pemain utama dalam industri pesawat komersial ini memiliki kinerja keuangan berbeda, satunya rugi dan lainnya untung.
ADVERTISEMENT
Boeing mencatatkan kinerja keuangan buruk pada kuartal II. Produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) ini rugi USD 2,942 miliar atau setara Rp 41,18 triliun. Sementara pada kuartal II 2018, Boeing masih untung USD 2,196 miliar.
Sejalan dengan laba bersih, pendapatan juga anjlok dari USD 24,258 miliar menjadi USD 15,751 miliar. Pengiriman pesawat komersial juga turun. Boeing hanya mampu mengirimkan 90 unit pesawat pada kuartal II 2019, sedangkan kuartal II 2018 sebanyak 194 unit.
Jebloknya kinerja keuangan perusahaan terjadi pasca-grounded atau penghentian sementara pengoperasian pesawat Boeing 737 Max sejak Maret 2019. Grounded masih dilakukan dan diperpanjang hingga Oktober 2019. Keputusan grounded ditempuh setelah terjadi kecelakaan fatal 2 Boeing 737 Max milik Lion Air dan Ethiopian Airlines.
ADVERTISEMENT
Ditulis Reuters, Minggu (11/8), Boeing menanggung biaya tinggi untuk mengurus kasus Boeing 737 Max. Perusahaan harus mengeluarkan USD 8 miliar untuk penanganan krisis Boeing 737 Max, termasuk di dalamnya membayar kompensasi karena tertundanya pengiriman ke pemesan. Kinerja keuangan perusahaan diperburuk dengan keterlambatan program pesawat berbadan lebar Boeing 777X, karena persoalan mesin yang dikembangkan oleh General Electric Co.
Sebaliknya, Airbus justru mencatatkan kinerja keuangan cemerlang, yakni meraih laba bersih USD 1,307 miliar atau setara Rp 18,29 triliun. Laba bersih produsen pesawat asal Uni Eropa ini pada kuartal II 2019, naik 443 persen dibandingkan kuartal sama 2018. Sedangkan pendapatan meningkat 23 persen menjadi USD 20,698 miliar.