Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Airbus Nilai RI Pasar Paling Prospektif: Butuh 1.000 Pesawat dalam 20 Tahun
20 September 2024 14:35 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Airbus President Asia Pacific, Anand Stanley, menyebutkan perkiraan ini berdasarkan angka pertumbuhan lalu lintas penumpang yang kuat sekitar 7,4 persen per tahun, angka tersebut lebih dari dua kali lipat dari rata-rata pertumbuhan global yang hanya sebesar 3,6 persen.
Anand melanjutkan, di negara besar yang terdiri dari 17.000 pulau dan berpenduduk 280 juta jiwa yang sebagian besar belum pernah terbang dengan pesawat, transportasi udara akan menjadi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Seiring dengan meningkatnya minat untuk melakukan perjalanan udara, armada yang ada saat ini serta backlog pesanan yang telah dikonfirmasi jelas tidak akan cukup untuk memenuhi permintaan," katanya melalui keterangan resmi, Jumat (20/9).
Saat ini, jumlah pesawat yang beroperasi di Indonesia dengan lebih dari 100 kursi (dari semua pabrikan) sebanyak 480 pesawat, sementara pesawat tambahan yang telah dipesan berjumlah 490.
ADVERTISEMENT
Anand mengungkapkan, setengah dari pesawat yang beroperasi tersebut adalah pesawat Airbus, dan setengah dari backlog pesanan juga merupakan pesawat Airbus.
Dia pun membandingkan beberapa koneksi perjalanan di dalam negeri berdasarkan pilihan jadwal penerbangan yang ada saat ini melalui jalur darat dan laut, seperti perjalanan antara titik paling timur dan barat Indonesia, dari Banda Aceh di Sumatera ke Merauke di Papua Barat.
Melalui udara, kata dia, perjalanan tercepat saat ini memakan waktu 13 jam 35 menit dengan dua kali transit, sementara melalui darat dan laut perjalanan memakan waktu sekitar 11 hari.
Bahkan untuk beberapa rute pendek seperti Jakarta ke Denpasar, Anand melihat moda transportasi selain penerbangan akan bisa memakan waktu hampir 24 jam.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, lanjut Anand, untuk membuka rute baru, A220 lorong tunggal generasi terbaru akan menjadi pilihan yang sempurna bagi maskapai penerbangan di Indonesia. Pasalnya, A220 memiliki jangkauan terbang paling jauh jika dibandingkan dengan pesawat mana pun di kategori ukurannya.
"Selain itu, pesawat ini juga hanya membutuhkan landasan pacu yang pendek sehingga memungkinkan maskapai untuk membuka jaringan penerbangan baru untuk melayani masyarakat di daerah yang lebih terpencil,” tutur Anand.
Anand melanjutkan, A220 juga memiliki tingkat konsumsi bahan bakar dan emisi karbon yang secara signifikan lebih rendah, sehingga berkontribusi pada ambisi keberlanjutan Indonesia tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi.
Sementara untuk rute-rute dengan permintaan jumlah penumpang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan layanan internasional, Anand mengatakan bahwa minat negara ini terfokus pada A330neo, pesawat berbadan lebar, yang telah beroperasi dengan Garuda Indonesia dan Lion Group.
ADVERTISEMENT
"Kami melihat kemampuan tersebut terbukti di Indonesia, di mana maskapai penerbangan Garuda Indonesia mengoperasikan pesawat ini dengan konfigurasi premium pada berbagai rute di seluruh kawasan Asia Pasifik," jelasnya.
Sementara itu, kata dia, Lion Group menerbangkan versi pesawat dengan konfigurasi kepadatan tinggi yakni dengan kapasitas 440 kursi, yang digunakan baik di dalam negeri maupun penerbangan untuk ibadah ke Timur Tengah.
Kemitraan dengan BUMN
Selain menjadi pasar utama bagi Airbus, Anand mengatakan bahwa Airbus ingin membangun kemitraan di Indonesia. Ia mengatakan bahwa salah satu prioritas perusahaan adalah untuk memajukan hubungan jangka panjang dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
Selain itu, perusahaan juga baru saja meneken nota kesepahaman dengan Pertamina pada hari pembukaan Bali International Air Show (BIAS), Anand mengatakan Indonesia juga menawarkan potensi besar akan dibukanya kemitraan baru di bidang keberlanjutan.
ADVERTISEMENT
“Kami melihat Indonesia sebagai salah satu negara di Asia dan Pasifik yang menawarkan potensi terbesar sebagai sumber bahan baku untuk bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF)," ujarnya.