Airlangga Buka Suara soal Meredupnya Geliat Startup Baru di Indonesia

20 Desember 2024 18:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (19/12/2024). Foto: Ghifari/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (19/12/2024). Foto: Ghifari/kumparan
ADVERTISEMENT
Fenomena merebaknya startup atau perusahaan rintisan kini mulai meredup. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut kondisi ini terjadi secara alami.
ADVERTISEMENT
"Saat ini startup baru jarang muncul, kenapa? Kalau kita lihat kan banyak mengembangkan di dalam korporasi-korporasi. Jadi kita lihat aja, ini kan natural aja," ujar Airlangga kepada wartawan di kantornya, Jumat (20/12).
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menilai salah satu penyebab utama turunnya minat untuk membuat startup adalah minimnya pendanaan bagi startup digital dalam beberapa tahun terakhir.
"Saya melihat minat masyarakat untuk membuat startup di akhir-akhir ini cukup terbatas. Tidak seperti ketika digital boom 2016-2018 dan pas pandemi COVID-19 kemarin," kata Nailul.
"Salah satunya memang dikarenakan sepinya pendanaan untuk startup digital dalam beberapa tahun terakhir. Ini yang akhirnya membuat masyarakat enggan membuat startup jika tidak ada pendanaan yang menarik," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dia menyebut, geliat startup baru di tahun depan bergantung pada pendanaan. Dia memproyeksi, pendanaan startup tahun depan masih seret. Alhasil, jumlah startup baru yang muncul pun relatif sedikit.
"Tahun depan masih akan tergantung dari pendanaan apakah cukup seret atau tidak. Saya menduga masih cukup seret untuk tahun depan. Yang pada akhirnya masih relatif sedikit startup digital yang bermunculan. Bahkan saya sulit melihat startup digital kita menjadi unicorn di beberapa tahun ke depan,” ungkapnya.
Kondisi ini, menurut Nailul, mengindikasikan perlunya langkah konkret dari pemerintah maupun sektor swasta untuk mendorong kembali pertumbuhan startup baru di Indonesia. Meski demikian, pemerintah tampaknya lebih memfokuskan pengembangan startup di level korporasi daripada memprioritaskan penciptaan unicorn baru.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Kemenko Perekonomian, jumlah startup di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 2.651. Dengan jumlah 15 startup berstatus unicorn, di antaranya Bukalapak, Ovo, Kopi Kenangan, Akulaku hingga Ajaib.
ilustrasi PHK. Foto: Shutterstock
Pemerintah menargetkan ada 61 startup unicorn alias perusahaan rintisan yang memiliki valuasi mencapai USD 1 miliar atau lebih di Indonesia pada 2045.
Sementara itu, dalam laporan Outlook Ekonomi Digital 2025 yang dirilis Celios, data perkembangan investasi startup digital di Indonesia dari tahun 2014 hingga 2023 menunjukkan dominasi perusahaan modal ventura dalam pendanaan sektor ini.
Investasi modal ventura mencapai puncaknya pada tahun 2021 dengan nilai mencapai Rp140,5 triliun.
Namun, pada 2022 dan 2023, tren ini mengalami penurunan drastis dengan penurunan investasi mencapai 66 persen pada tahun 2023, yang dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global dan selektivitas investor yang lebih tinggi terhadap startup yang mereka pilih untuk didanai.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, perusahaan modal ventura tetap menjadi penyumbang terbesar dalam investasi startup, mengindikasikan potensi besar sektor startup Indonesia di mata investor.
Penurunan investasi di sektor ekonomi digital Indonesia, khususnya pada startup, terutama disebabkan oleh kenaikan suku bunga acuan, Federal Reserve (The Fed), Amerika Serikat (AS). Keadaan ini disebabkan karena apabila the Fed rate tinggi, maka investor akan cenderung berinvestasi ke surat utang AS yang lebih matang dan profitabilitas yang jelas dibandingkan investasi ke start up digital yang berisiko.
Keadaan ini membuat para investor, yang sebagian besar berasal dari luar negeri, menjadi lebih selektif dalam menyalurkan dana ke sektor startup di Indonesia. Mengingat sekitar 80 persen investasi di sektor digital berasal dari investor asing, kebijakan suku bunga AS memberikan dampak signifikan.
ADVERTISEMENT