Airlangga: Geliat Ekonomi Dongkrak Kinerja Manufaktur RI

6 Oktober 2021 17:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto. Foto: YouTube/Sinar Mas/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto. Foto: YouTube/Sinar Mas/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto menuturkan bahwa geliat ekonomi di industri manufaktur telah bangkit dan kembali pulih ke level ekspansif. Hal ini dibuktikan oleh Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia bulan September 2021, ada pada angka 52,2. Angka ini naik dari 43,7 pada bulan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Memang ada efek dari pembatasan mobilitas di bulan Juli sampai dengan Agustus, namun industri manufaktur telah kembali ke level ekspansif 52,2 sesuai indeks PMI di bulan September 2021,” bebernya di Forum Dialog HUT 83 Sinar Mas yang diadakan secara virtual, Rabu (6/10).
Sebelumnya, gelombang kedua COVID-19 menekan pertumbuhan ekonomi pada awal kuartal III 2021. Kini ia menyampaikan rasa optimismenya, terutama dalam peningkatan kinerja impor dan ekspor.
Pabrik Yamaha di Indonesia Foto: dok. Istimewa
Sektor impor menunjukkan produksi barang modal dan bahan baku kembali berjalan. Sedangkan ekspor juga memperlihatkan peningkatan yang pesat, ditandai dengan surplus neraca perdagangan selama 16 bulan berturut-turut.
“Di bulan Agustus, neraca perdagangan mencapai 4,74 miliar dolar, atau tertinggi sejak Desember 2006. Secara akumulasi, Januari sampai Agustus, neraca perdagangan mencapai surplus 19,17 miliar dolar. Jauh dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 10,96 miliar dolar,” terang Airlangga.
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, perbaikan kinerja perdagangan ini dipengaruhi oleh beberapa hal. Mulai dari pulihnya ekonomi negara mitra dagang, super cycle, hingga tren kenaikan harga komoditas internasional, seperti minyak mentah, batu bara, copper dan gold, nikel, dan berbagai komponen komoditas lainnya.
“Faktor yang mendorong perbaikan kinerja perdagangan antara lain, pulihnya ekonomi negara mitra dagang serta super cycle, tren kenaikan harga komoditas internasional. Dengan situasi seperti ini, nilai tukar relatif lebih stabil, cadangan devisa mencapai 144,8 miliar dolar. Tentunya ini mengindikasikan resiliensi ekonomi di sektor eksternal kita,” pungkasnya.