Airlangga: Jumlah Lahan Kakao Berkurang, Produksi Harus Ditingkatkan 400.000 Ton

10 Juli 2024 17:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kakao di Desa Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta, Kamis (2/5/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kakao di Desa Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta, Kamis (2/5/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyikapi arahan Presiden Jokowi terkait pembentukan badan khusus yang digabung ke Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk mengurusi replanting dan pengembangan industri berbasis kakao dan kelapa.
ADVERTISEMENT
Airlangga mengatakan, pembentukan produksi kakao di Indonesia mencapai 180.000 ton dan kelapa mencapai 2,8 juta ton. Nilai ekspor kakao sebesar 1,3 M Dolar AS dan kelapa 1,2 M Dolar AS.
"Luas lahan dari kakao adalah 1,3 juta hektare dan kelapa 3,3 juta hektare. Kita ketahui bersama bahwa selama ini untuk kakao ada bea keluar yang utamanya untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri dan hasilnya bea keluar yang besarnya antara 0 sampai dengan 15 persen tergantung dari harga, itu setahun kira-kira pemerintah mendapatkan sekitar 46,9 juta," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (10/7).
Sementara dari segi industri, jumlah lahan kakao berkurang. Sehingga, kebutuhan pengembangan industri harus digandakan.
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/7/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
"Jadi kita sudah ada 11 perusahaan yg di pengelolaan kakao dan industri coklat sudah naik menjadi 31 perusahaan, dan kebutuhan kakaonya kapasitas dari perusahaan itu 1.240 ton," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, kebutuhan kakao lokal sebesar 45 persen dan kakao impor sebesar 55 persen. Sehingga, lanjut Airlangga, replanting kakao penting agar luas lahannya dapat meningkat.
"Dan produksinya bisa dikembalikan ke mungkin double ke 400.000 ton," ujarnya.
Karena itu, kehadiran badan khusus kakao dan kelapa penting karena industri kakao dan kelapa umumnya adalah small holder atau kebun rakyat, yang benihnya disediakan oleh perguruan tinggi atau balai penelitian yang dibiayai oleh BPDPKS.
"Jadi ada penugasan BPDPKS tidak hanya untuk kelapa sawit tetapi untuk revitalisasi daripada kakao dan kelapa," pungkasnya.