Airlangga Pede PDB per Kapita RI Capai USD 20.000 di 2045, Naik 5 Kali Lipat

30 Mei 2022 11:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto mengungkapkan beberapa tujuan ekonomi Indonesia serta beberapa hal upaya untuk meningkat perekonomian domestik. Salah satunya yakni menargetkan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita naik hingga lima kali lipatnya di 2045.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data BPS, selama tahun lalu PDB Indonesia sebesar Rp 16.970,8 triliun, sedangkan PDB per kapita Indonesia adalah Rp 62,2 juta atau USD 4.349,5.
Dalam sambutannya dalam acara Indonesia Financial Group International Conference 2022, Airlangga memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) negara akan meningkat menjadi USD 20.000 pada 2045.
“Diperkirakan PDB per kapita negara akan meningkat, sekitar USD 15 ribu sampai USD 20 ribu,” ujar Airlangga melalui sambutannya di acara Financial Group International Conference 2022, Senin (30/5).
Menurutnya, jika dibandingkan dengan negara-negara maju dengan PDB per kapita lebih dari 20 ribu, Indonesia setidaknya membutuhkan tiga kali lipat lagi pada sektor keuangan domestik saat ini. Airlangga menuturkan, hal itu membutuhkan waktu dua atau tiga dekade lagi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar Indonesia dapat menjadi negara maju.
ADVERTISEMENT
“Perkiraan konservatif kami menunjukkan Indonesia membutuhkan setidaknya 25 persen dari PDB nominal negara untuk membiayai komitmen negara terhadap pengurangan emisi karbon pada tahun 2030,” tambah Airlangga.
Selanjutnya dirinya mengungkapkan berdasarkan data dari Institute of Food Technologists (IFT), kurang dari 2 persen dari total obligasi sudah diklasifikasikan sebagai obligasi hijau atau obligasi berwawasan lingkungan.
“Berdasarkan kemajuan ekonomi terkini oleh IFT, kurang dari 2 persen dari total obligasi yang beredar pada tahun 2021 dapat diklasifikasikan sebagai hijau obligasi,” jelasnya.