Airlangga Proyeksi Transaksi Ekonomi Digital RI Tembus Rp 1.700 T di 2025

29 Oktober 2021 8:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-14 BIMP-EAGA secara virtual, Kamis (28/10). Foto: Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-14 BIMP-EAGA secara virtual, Kamis (28/10). Foto: Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memproyeksi aktivitas atau transaksi ekonomi digital Indonesia bisa mencapai USD 124 miliar setara Rp 1.760 triliun (kurs Rp 14.200 per dolar AS) di 2025. Apalagi teknologi digital saat ini digunakan dalam berbagai sektor ekonomi dan bisnis.
ADVERTISEMENT
Adapun pada tahun lalu, 41,9 persen total transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia yang mencapai USD 44 miliar atau setara Rp 624 triliun.
“Namun, untuk sekarang, e-commerce adalah sektor utama yang mendukung ekonomi digital di Indonesia. Sebanyak 72,73 persen dari total transaksi ekonomi digital di Indonesia berasal dari e-commerce. Pada 2020, nilai e-commerce mencapai USD 32 miliar, dan diproyeksikan akan mencapai USD 83 miliar di 2025,” ujar Airlangga dalam keterangannya, Jumat (29/10).
Tak hanya itu, pesatnya perkembangan digital diharapkan mampu meningkatkan jumlah wirausahawan di Tanah Air. Ia berharap, rasio wirausaha Indonesia terus meningkat hingga 5 persen dari total populasi Indonesia.
Adapun saat ini jumlah wirausaha Indonesia baru 3,5 persen dari populasi atau sekitar 9,5 juta orang. Rasio wirausaha ini lebih rendah dibandingkan dengan negara lain, seperti Malaysia 5 persen, China 10 persen, Singapura 7 persen, Jepang 11 persen, maupun AS yang sebesar 12 persen.
ADVERTISEMENT
“Mahasiswa saat ini adalah digital talents dan entrepreneurs masa depan. Saya berharap jumlah entrepreneur kita dapat tumbuh hingga 5 persen dari seluruh populasi. Saat ini rasionya masih sangat rendah, yaitu 3,5 persen,” jelasnya.
Pembeli membayar dengan metode scan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di warung KE Angkringan, Ampera, Jakarta, Jumat (30/7/2021). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Dia melanjutkan, area potensial yang perlu dikembangkan adalah kemampuan teknologi digital, artificial intelligence, hingga big data. Menurutnya, ekonomi digital Indonesia adalah yang terbesar di ASEAN.
Menurut Airlangga, Indonesia memiliki bonus demografi yang mendukung pembentukan ekosistem digital yang berkelanjutan. Mayoritas penduduk Indonesia adalah Generasi Z dan Milenial berusia 8 sampai 39 tahun yang memiliki tingkat adopsi digital tinggi.
Pemerintah juga telah berupaya mengakselerasi pembentukan talenta digital dan pengembangan ekonomi digital. Hal ini dilakukan melalui pembangunan infrastruktur seperti akses internet 5G dan data center, pelatihan melalui Program Kartu Prakerja dan Digital Leadership Academy, UU Cipta Kerja dan aturan pelaksanaannya, pengembangan ekosistem UMKM digital, serta menyediakan fasilitas pembiayaan untuk membantu perusahaan rintisan (startup) di bidang teknologi digital.
ADVERTISEMENT
“Kuncinya adalah tetap kita harus membangun talenta digital dan meningkatkan literasi digital kepada masyarakat umum,” kata dia.
Dalam International Conference on Humanities and Social Science (ICHSS) 2021, yang digelar digelar Fakultas Humaniora President University (PresUniv), Airlangga memaparkan soal peluang besar untuk anak muda Indonesia dalam bisnis digital.
Dia menambahkan, semua pemangku kepentingan mempunyai peran penting dalam pengembangan kewirausahaan dan ekosistem digital, termasuk dari Lembaga Pendidikan Tinggi atau Universitas.
“Di sini, pemerintah menjadi fasilitator juga regulator, sementara akademisi menjadi pencetus kurikulum kewirausahaan yang bagus, dan pendorong penciptaan lebih banyak lagi perusahaan startup yang dimulai dari inovasi mahasiswa,” pungkasnya.