Airlangga Sebut Ekonomi RI 2023 Kalah dengan Uzbekistan hingga China

5 Februari 2024 19:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Dewan Pengarah TKN Prabowo-Gibran, Airlangga Hartarto di Solo Today. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Dewan Pengarah TKN Prabowo-Gibran, Airlangga Hartarto di Solo Today. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut ekonomi RI di 2023 kalah dengan laju pertumbuhan ekonomi Uzbekistan hingga China. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 persen di 2023.
ADVERTISEMENT
"Kita di bawah negara besar seperti China, Filipina maupun Uzbekistan. Uzbekistan ekonominya jauh lebih kecil secara size tapi Indonesia salah satu negara yang pertumbuhannya tertinggi di dunia, dan ini dengan Vietnam sejajar," kata Airlangga di kantornya, Senin (5/2).
Meski begitu, Airlangga bilang pertumbuhan ekonomi Indonesia jauh lebih tinggi dari perkiraan sejumlah lembaga. Adapun, Bank Dunia dan IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2023 hanya 5 persen.
"Kalau kita lihat dengan angka ini maka angka kita lebih tinggi juga dari konsensus forecast yang diperkirakan pertumbuhan ekonomi kita 2023 sebesar 5,03 persen," ungkapnya.
Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi selama 5 tahun terakhir memang masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Padahal, impian untuk menjadi negara maju membutuhkan tingkat pertumbuhan ekonomi tumbuh di kisaran 6 persen hingga 7 persen.
Suasana gedung-gedung bertingkat di Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Berdasarkan data BPS, ekonomi Indonesia di tahun 2019 tumbuh sebesar 5,02 persen. Kemudian, merosot tajam pada tahun 2020 menjadi minus 2,07 imbas pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, di tahun 2021 ekonomi mulai pulih dengan capaian pertumbuhan ekonomi sebesar 3,70 persen. Kemudian pada tahun 2022 dan 2023 pertumbuhan ekonomi kembali di atas 5 persen yakni masing-masing sebesar 5,31 persen dan 5,05 persen.
Airlangga bilang, Indonesia perlu meningkatkan ICOR (incremental capital output ratio) di angka 4 untuk mencapai cita-cita negara maju di 2045.
“ICOR kita dibandingkan negara lain kita masih tinggi, di sekitar angka 6 lebih sedikit. Nah kalau kita bisa turunkan ke angka 4, maka pertumbuhan kita akan tumbuh ke 6 dan 7 persen,” ungkapnya.
Airlangga menilai, tingginya ICOR merupakan hal yang wajar. Sebab, Indonesia sedang membangun infrastruktur yang memerlukan waktu untuk merasakan dampaknya.
“Infrastruktur itu tidak langsung tapi makan waktu. Saya yakin begitu infrastruktur semua terbangun, kemudian kita punya logistik akan lebih baik, maka kita bisa menggenjot pertumbuhan dengan perbaikan ICOR,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, dia juga menyoroti sektor perdagangan. Menurutnya, integrasi antara industri manufaktur dengan industri perdagangan bisa membuat ekonomi Indonesia tumbuh hingga 7 persen.
“Kalau kita satukan maka itu kontribusi dari kedua sektor tersebut mendekati 31 persen. Jadi itu relatif solid dan kuat,” tegasnya.