Airlangga Sebut Tambahan Impor Migas AS Masih dalam Negosiasi

25 April 2025 13:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan Menko Airlangga dan tim negosiasi tarif Indonesia AS dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent di Washington, DC pada Kamis (24/4/2025). Foto: Dok. Kemenko Perekonomian
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan Menko Airlangga dan tim negosiasi tarif Indonesia AS dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent di Washington, DC pada Kamis (24/4/2025). Foto: Dok. Kemenko Perekonomian
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia tengah menjalani proses negosiasi intensif dengan Amerika Serikat terkait penghapusan tarif dagang yang sebelumnya dikenakan oleh Negeri Paman Sam sebesar 32 persen.
ADVERTISEMENT
Indonesia menawarkan tambahan impor komoditas strategis dari AS, seperti minyak dan gas (migas) serta produk pangan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa skema tawaran Indonesia dalam negosiasi tersebut belum bersifat final.
Menurutnya, posisi kedua belah pihak masih bersifat dinamis karena proses perundingan masih berjalan.
"[tawaran] itu masih merupakan hal yang dinamis. Jadi, bukan posisi yang statis," ujarnya dalam konferensi pers virtual pada Jumat (25/4).
Airlangga menyebut secara rinci jenis produk pertanian dan migas apa saja yang akan ditawarkan masih terus dalam pembahasan. Pemerintah akan menyampaikan detailnya setelah kesepakatan tercapai.
Ia menambahkan, delegasi Indonesia saat ini masih berada dalam fase awal negosiasi. Beberapa pejabat tinggi Indonesia telah melakukan pertemuan dengan tokoh penting pemerintahan AS.
ADVERTISEMENT
Di antaranya adalah Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan perwakilan dari United States Trade Representative (USTR), Duta Besar Jamieson Greer. Dari pihak Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga telah bertemu dengan Menkeu AS Scott Bessent untuk memperkuat posisi Indonesia dalam pembahasan ekonomi bilateral.
Hasil Positif
Pertemuan Menko Airlangga dan tim negosiasi tarif Indonesia AS dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent di Washington, DC pada Kamis (24/4/2025). Foto: Dok. Kemenko Perekonomian
Airlangga menilai, pendekatan negosiasi yang dilakukan pemerintah membuahkan hasil positif. AS disebut menyambut baik niat Indonesia untuk terlibat secara konstruktif dalam dialog dagang. Bahkan, Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang memulai negosiasi ini.
“Tantangan yang dihadapi tentu karena Indonesia adalah satu dari lebih 70 negara, sehingga tentu bagi Indonesia adalah bagaimana kita menjadi perhatian pertama. Alhamdulillah ini sudah berhasil kita capai dan schedule sudah dipersiapkan,” ujar Airlangga.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyebut Indonesia telah mengusulkan kerangka waktu negosiasi yang lebih singkat, yakni selama 60 hari. Pemerintah Indonesia, menurut Airlangga, tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, tetapi juga mendorong terbentuknya pola perdagangan yang lebih seimbang dan berkeadilan.
Mantan menteri perindustrian ini menegaskan bahwa negosiasi ini tidak dilakukan dalam kerangka persaingan yang saling meniadakan (zero sum game), melainkan untuk menciptakan sinergi yang dapat menguntungkan kedua pihak.
Perluas Pasar Impor
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers secara virtual di Jakarta, Jumat (25/4/2025). Foto: Dok. Tangkapan Layar Zoom
Airlangga menyampaikan peluang kemungkinan Amerika mengalihkan impor komoditas bisa menjadi bagian dari strategi pemerintah, selama itu mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Dengan dinamika yang masih berkembang, pemerintah tetap membuka ruang fleksibilitas dalam merumuskan tawaran yang diajukan kepada AS.
Di sisi lain, Indonesia berharap langkah ini tidak hanya mampu melindungi kepentingan ekonomi nasional, tetapi juga meningkatkan posisi tawar Indonesia di mata mitra dagang global.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengusulkan penambahan kuota impor minyak dan LPG dari Amerika Serikat. Nilai tambahan impor ini diperkirakan melampaui USD 10 miliar atau setara sekitar Rp 167,73 triliun (kurs Rp 16.773).