Airlangga: Tugas KPCPEN Selesai di 2023, Diganti Global Crisis Response Group

6 Juni 2022 12:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan paparan saat Refleksi Capaian 2021 dan Outlook Ekonomi 2022. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan paparan saat Refleksi Capaian 2021 dan Outlook Ekonomi 2022. Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa Komite Penanganan Covid‑19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) akan dibubarkan di tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Airlangga menjelaskan, setelah menghadapi pandemi COVID-19 selama 2 tahun, saat ini Indonesia tengah bersiap menghadapi tantangan ekonomi global yang disebut akan semakin berat di tahun depan.
"Di tahun 2023, KPCPEN berhenti dan dilanjutkan dengan Global Crisis Response Group," kata Airlangga saat rapat dengan Badan Anggaran DPR, Senin (6/6).
Hal ini adalah kelanjutan dari penugasan PBB kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Group Champions dari Global Crisis Response Group (GCRG). Tugas ini, kata Airlangga, adalah tanggung jawab milik Kemenko Perekonomian.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto meminta rapat evaluasi kinerja KPCPEN di Papua. Foto: Kemenko Perekonomian
"Jadi ini membantu Sekjen PBB dalam penanganan krisis energi, krisis pangan, dan krisis utang. Jadi salah satu adalah suspensi daripada utang-utang negara ketiga. Indonesia dianggap berpengalaman dalam penanganan IMF di tahun 1998 dan 2008 yang lalu," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Kata Airlangga, ada 5C tantangan yang disebutkan oleh Sekjen PBB di tahun depan yang tidak jauh lebih mudah dari tahun-tahun sebelumnya. Pertama adalah angin terakhir dari COVID-19. Kemudian krisis akibat perang yang berakibat kepada komoditas energi, pangan, dan keuangan.
Selanjutnya, tantangan perubahan iklim atau climate change yang bisa menyebabkan kemarau panjang dan akan berujung kepada kestabilan pasokan pangan dunia.
"Dan tentu kenaikan commodity price baik energi, pangan, dan yang lainnya kelihatannya masih akan sampai pertengahan tahun depan. Krisis yang berikutnya adalah cost of living. Cost of living itu adalah inflasi," jelasnya.