Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Airlangga Ungkap Sekjen OECD Tak Masalah Indonesia Daftar BRICS
4 Desember 2024 18:33 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut Airlangga Sekjen OECD sudah memberikan restu Indonesia mendaftarkan keanggotaan BRICS, mengikuti jejak Brasil yang juga tengah memproses aksesi OECD.
"Sekjen daripada OECD sendiri kemarin menyatakan tidak ada persoalan dengan Indonesia masuk BRICS, karena Brasil sendiri sudah berproses di OECD selama 3 tahun," katanya saat Indonesia Mining Summit 2024, Rabu (4/12).
Selain Indonesia, kata Airlangga, Thailand menjadi negara ASEAN yang juga sama-sama berproses menjadi anggota OECD dan BRICS. Hal tersebut menandakan bahwa keputusan Indonesia ternyata diikuti oleh negara lain.
"Dan di belakang kita di negara ASEAN yang mengikuti langkah Indonesia adalah Thailand. Thailand hari ini juga berproses di OECD dan Thailand juga mendaftar di BRICS. Jadi memang langkah Indonesia diikuti oleh berbagai negara lain," jelas Airlangga.
ADVERTISEMENT
Airlangga mengatakan, Presiden Prabowo Subianto ingin agar Indonesia memiliki banyak kawan. Dia mengutip sebuah pepatah, bahwa seribu teman masih kurang, sementara satu musuh terlalu banyak.
"Oleh karena itu Indonesia sekarang juga dalam status masuk dalam proses aksesi OECD, bagaimana dengan OECD kita punya 38 kawan. Di saat yang sama kita juga berproses di BRICS," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, menegaskan bahwa Indonesia tetap pada rencana awal untuk bergabung dengan BRICS meski Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengancam akan menerapkan tarif hingga 100 persen bagi anggota blok tersebut yang melemahkan dominasi dolar AS.
“Masih (minat masuk BRICS), belum ada perubahan,” kata Sugiono di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (2/12).
ADVERTISEMENT
Sugiono menjelaskan, ancaman Trump terkait dedolarisasi tidak relevan dengan pembahasan dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia, Oktober lalu.
“Pada saat KTT BRICS di Kazan [Rusia] itu tidak ada pembicaraan mengenai dedolarisasi. Kalau misalnya ada statement dari presiden terpilih Amerika Serikat seperti itu, ya, yang pasti pada saat KTT kemarin tidak dibicarakan,” ujarnya.
Ancaman Trump muncul melalui unggahan di Truth Social, Sabtu (30/11), ia memperingatkan akan menerapkan tarif hingga 100 persen bagi negara-negara anggota BRICS yang mendukung dedolarisasi atau penciptaan mata uang baru yang menggantikan dolar AS.
“Kami menuntut komitmen agar negara-negara tersebut tidak melemahkan dolar AS, atau mereka harus menghadapi tarif tinggi dan kehilangan akses ke pasar AS,” tulis Trump.
ADVERTISEMENT