Airlangga Waspadai Dampak Jika AS Resesi ke Ekonomi RI

5 Agustus 2024 18:52 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjawab pertanyaan wartawan di Gedung Ali Wardhana Kemenko Perekonomian, Jumat (19/7/2024). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjawab pertanyaan wartawan di Gedung Ali Wardhana Kemenko Perekonomian, Jumat (19/7/2024). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mewaspadai dampak apabila Amerika Serikat (AS) mengalami resesi. Ia menilai kalau kondisi tersebut terjadi bisa berimbas ke keluarnya aliran modal dari pasar domestik ke AS atau capital flight.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Airlangga berharap bank sentral AS atau The Fed menurunkan suku bunga di kuartal IV 2024. Suku bunga acuan AS di Agustus ada di kisaran 5,25 persen-5,50 persen.
"Yang terkait US tentu kita terus monitor dan tentu kita berharap tingkat suku bunga US di kuartal IV bisa turun walau belum ada yang bisa jamin. Karena tentu kita lihat tingkat suku bunga kita dengan inflasi gap-nya agak tinggi, tapi kita tahu kita harus juga jaga supaya tidak jadi capital fligit termasuk di USD," kata Airlangga saat konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (5/8).
The Fed kembali mempertahankan suku bunga acuan bulan ini di kisaran 5,25 persen-5,50 persen. Keputusan diambil usai melakukan dua hari pertemuan dengan para anggota Federal Open Market Committee (FOMC) yang umumkan Kamis (1/8) waktu Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Gubernur The Fed, Jerome Powell, alasan ini diambil karena inflasi AS terlihat mulai menurun sesuai target tahunan di kisaran 2 persen. Karena itu, dia memberi sinyal, suku bunga AS baru akan turun paling cepat September 2024.
"Jika kita melihat inflasi yang bergerak turun, kurang lebih sesuai dengan ekspektasi. Pertumbuhan ekonomi juga tetap cukup kuat dan pasar tenaga kerja tetap konsisten dengan kondisi saat ini. Karena itu, saya pikir penurunan suku bunga bisa menjadi bahan pertimbangan pada pertemuan September," kata Jerome Powell dikutip dari Reuters.
Powell menilai keputusannya bukan karena unsur politik seperti yang disinggung anggota DPR dari Partai Republic dalam sidang bulanan FOMC bulan Juli lalu. Saat ini, seorang anggota DPR menilai jika Powell baru memangkas suku bunga di bulan September sangat politis sebab terjadi tujuh minggu sebelum pemilihan Presiden AS.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, Powell tetap pada pendiriannya. Dia menegaskan, satu-satunya alasan suku bunga ditahan bulan ini karena inflasi AS mulai turun. Jadi masih ada ruang hingga September.
Beberapa pembuat kebijakan Fed ikut mempertanyakan logika waktu pemotongan suku bunga Powell dalam pertemuan tersebut. Tapi, Powell yakin keputusan ini sudah tepat, sebab ekonomi AS saat ini mulai membaik.