Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ketidakpastian ekonomi yang terjadi akibat pandemi COVID-19 berdampak terhadap pelemahan mata uang asing terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan Kepala Ekonom Danareksa, Moekti Prasetiani, rupiah mengalami pelemahan terdalam sebesar 6,4 persen terhadap USD sejak awal tahun hingga 14 Oktober 2020. Posisi itu menempatkan kinerja kurs rupiah masuk ke dalam terburuk se-Asia.
Sementara beberapa mata uang negara lain malah mengalami penguatan terhadap dolar AS. Seperti, seperti Jepang (Yen) 3,25 persen, Malaysia (Ringgit) 1,39 persen, India (Rupe) 2,70 persen.
“Indoensia rupiah kita paling dalam pelemahannya dari awal tahun sampai 14 oktober 6,4 persen sementara mata uang yang lain mengalami pengutan terhadap USD,” katanya saat webinar LPPI, Kamis (15/10).
Moekti melanjutkan, dari sisi indeks saham masih lebih baik. Sebab, pergerakan pasar modal terbantu oleh banyaknya investor dalam negeri yang melakukan jual beli.
ADVERTISEMENT
“Ini diesebapkan investor dalam negeri banyak jual beli di pasar saham ini yang meningkatkan indeks di pasar saham,” sambungnya.
Berdasarkan catatannya, IHSG terkoreksi 17,83 persen. Angka tersebut masih jauh lebih baik dibanding Indeks Thailand, Indeks Filipina. Namun masih di bawah Indeks Shanghai China yang mengalami penguatan 9,53 persen.