Aktivitas Ekonomi Mulai Pulih, Airlangga Pede Harga Sawit Naik di 2021

2 Desember 2020 12:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Industri kelapa sawit diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan permintaan pada tahun depan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, salah satu penyebab kenaikan harga sawit yaitu aktivitas ekonomi yang mulai dibuka di negara-negara lain.
ADVERTISEMENT
“Pada tahun 2021,diperkirakan permintaan minyak sawit diharapkan pulih seiring dengan ekonomi yang kembali terbuka,” ungkapnya dalam Webinar Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2020, Rabu (2/12).
Selain dari aktivitas ekonomi negara-negara mitra dagang, kenaikan harga minyak kelapa sawit juga didukung kebijakan Biodiesel 30 Persen (B30). Berdasarkan catatannya, harga minyak kelapa sawit akan berada di sekitar USD 668 per metrik ton dibanding periode tahun ini yang hanya USD 650 metrik ton.
“Kebijakan biodiesel, peningkatan permintaan oleh mitra dagang besar, dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, minyak sawit diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan harga pada tahun 2021,” imbuhnya.
Seorang petani membongkar muatan tandan buah segar (TBS) sawit. Foto: ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan, pandemi telah membuat permintaan menurun drastis. Pangsa pasar sawit Indonesia seperti Uni Eropa dan China sempat memberlakukan kebijakan lockdown, yang membuat permintaan terhambat.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan, semua sektor terdampak pandemi COVID-19.
“Lockdown negara-negara di Eropa dan Asia memberikan pengaruh pada permintaan minyak nabati termasuk minyak kelapa sawit yang berpengaruh pada performa ekspor kelapa sawit Indonesia,” ungkapnya.
Joko menambahkan, setidaknya pemerintah telah menerapkan kebijakan yang tepat untuk mendorong keberlanjutan industri kelapa sawit, seperti Biodiesel 30 persen (B30). Kebijakan ini membuat konsumsi minyak nabati dalam negeri terkerek naik.
“Konsumsi domestik juga meningkat karena industri oleochemical yang mendukung pencegahan transmisi virus melalui pengembangan produk sanitasi, seperti: sabun dan disinfektan,” ujarnya.