Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Alasan BI Turunkan Suku Bunga: Inflasi hingga Konsumsi Rumah Tangga Lemah
15 Januari 2025 16:11 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan dari sisi domestik, faktor pertama adalah BI mencermati tren laju inflasi Indonesia tahun ini dan tahun depan akan lebih rendah dari prediksi awal 2,5 persen.
"[Inflasi] kami perkirakan 2 tahun ini masih akan tetap rendah, dengan inflasi yang rendah terbuka untuk menurunkan suku bunga," kata saat konferensi pers, Rabu (15/1).
Faktor selanjutnya yakni nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang masih tertekan, tetapi cenderung akan relatif stabil sejalan dengan tren ketidakpastian global yang mulai lebih jelas.
Perry menyebutkan, BI masih melakukan pengkajian berbagai skenario nilai tukar Rupiah, dan kesimpulannya nilai tukar sekarang dan ke depan masih konsisten dengan nilai fundamental yaitu pencapaian inflasi dan juga perkembangannya.
ADVERTISEMENT
Kemudian, BI juga mencermati data-data perekonomian Indonesia pada kuartal IV 2024 yang lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, dan kecenderungan pertumbuhan ekonomi di tahun 2025 juga akan lebih rendah.
"Hasil survei kita ke depan menunjukkan ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi kita khususnya di tahun 2025 dan mulai keliatan di kuartal IV ini yang lebih rendah dari perkiraan," jelas Perry.
Perry menuturkan, prediksi pertumbuhan ekonomi pada 2024 sedikit lebih rendah, meskipun masih di atas 5 persen namun di bawah 5,1 persen. Untuk tahun ini, perkiraannya di kisaran 4,7 sampai 5,5 persen, dengan titik tengah 5,1 persen.
Faktor dalam negeri lainnya adalah tren konsumsi rumah tangga, terutama masyarakat menengah ke bawah yang rendah. Berdasarkan survei ekspektasi konsumen oleh BI, menunjukkan ekspektasi mengenai penghasilan, konsumsi, dan lapangan pekerjaan hingga investasi belum kuat.
ADVERTISEMENT
Terakhir adalah proyeksi kinerja ekspor melemah, kecuali ke AS. Dengan demikian, dia menilai saat ini adalah waktu yang tepat untuk menurunkan suku bunga acuan, untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
"Ekspor yang ada risiko rendah, konsumsi yang memang belum kuat, dan ini mendorong kenapa kebutuhan investasi dari perusahaan juga belum kuat, ini yang kemudian kita memutuskan BI rate supaya mendorong pertumbuhan dari sisi permintaan," tegas Perry.
Sementara dari sisi global, Perry melihat ketidakpastian global semakin terang benderang, terutama terkait kejelasan arah kebijakan fiskal usai dilantiknya Presiden AS Donald Trump, serta kebijakan bank sentral AS terkait Fed Fund Rate.
"Sebelumnya ini uncertainty masih gede, bulan ini uncertainty masih ada tapi kami bisa menakar arah kebijakan pemerintah AS untuk defisit fiskal tahun besar sudah mulai keliatan, menjadi 7,7 persen dan berapa besarnya dampak terhadap kenaikan US treasury baik 2 tahun maupun 10 tahun sudah mulai keliatan," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, arah kebijakan The Fed untuk tahun 2025 juga dinilai lebih jelas. Prediksi sebelumnya The Fed akan menurunkan suku bunga acuan bisa mencapai 75 basis poin, namun saat ini diperkirakan lebih sedikit.
"Sekarang kami sudah mulai paham bahwa kemungkinan Fed Fund Rate di tahun ini hanya sekali 25 basis poin itu sudah kami hitung, dua dampak ini juga kami sudah bisa memperkirakan arah pergerakan dolar index-nya," tutur Perry.
Dengan demikian, Perry menyebut BI tidak menunggu ketidakpastian global hilang seluruhnya sebelum memutuskan menurunkan suku bunga acuan, cukup dengan semakin jelasnya arah kebijakan AS dan indikator perekonomian Indonesia.