Alasan Pengusaha Rumput Laut Lebih Suka Ekspor Barang Mentah

30 April 2018 18:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panen rumput laut (Foto: Dedhez Anggara/ANTARA)
zoom-in-whitePerbesar
Panen rumput laut (Foto: Dedhez Anggara/ANTARA)
ADVERTISEMENT
Rumput laut menjadi komoditas kelautan terbesar ke-3 di Indonesia setelah udang dan tuna yang dieskpor ke luar negeri. Sayangnya, sebagian besar rumput laut yang diekspor masih dalam bentuk mentah dan semi jadi seperti karaginan (ekstrak rumput laut).
ADVERTISEMENT
Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), Safari Azis, mengatakan pengusaha rumput laut Indonesia lebih suka mengekspor komoditas mentah karena produk olahan belum tentu laris di pasar ekspor.
"Itu (pengolahan) bagus dan bisa dilakukan. Tapi apa bisa laku di sana? Kalau dijual harganya lebih mahal tapi kualitas enggak sesuai standar mereka, bagaimana?" kata Safari dalam diskusi potensi bisnis rumput laut di Menara Kadin, Jakarta, Senin (30/4).
Dia mencontohkan juga sebaliknya. Katanya, hal yang sama akan terjadi jika Amerika Serikat (AS) mengolah kedelai dan mengekspornya dalam bentuk tempe ke Indonesia. Katanya, bukan tidak mungkin tempe AS itu tidak laku di Indonesia karena rasanya belum cocok dengan lidah rakyat, sementara harganya mahal.
ADVERTISEMENT
Safari mengatakan, selama ini pemerintah memang meminta agar rumput laut jangan dijual mentah-mentah tanpa diolah. Tapi, jika industri di dalam negeri memaksakan hal itu saat ini pada rumput laut, bukan tidak mungkin devisa negara akan terganggu.
"Iya belum tentu laku. Ini kan rumput laut banyak dikelola masyarakat daerah untuk pertumbuhan nasional, kita butuh devisa negara, itu mau dikorbankan hanya untuk nilai tambah? Silakan saja diolah tapi bisa jual enggak?" ujarnya.