Alat Pengeboran Hulu Migas Langka dan Mahal, IPA Jelaskan Alasannya

20 Juli 2023 13:48 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Area pengeboran migas PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI). Foto: Dok. PHI
zoom-in-whitePerbesar
Area pengeboran migas PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI). Foto: Dok. PHI
ADVERTISEMENT
Indonesian Petroleum Association (IPA) buka suara terkait kelangkaan alat pengeboran (rig) di industri hulu minyak dan gas bumi (migas). Kelangkaan ini menyebabkan harga sewa rig menjadi sangat mahal.
ADVERTISEMENT
Vice President IPA, Ronald Gunawan, mengatakan kondisi ini merupakan dampak dari pandemi COVID-19, di mana kegiatan hulu migas menurun drastis dan menyebabkan anjloknya harga minyak mentah.
Akibatnya, menurut Ronald, banyak rig-rig onshore (darat) maupun offshore (lepas pantai) yang harus disimpan (cold stack). Layaknya pabrik yang menutup operasionalnya, perusahaan mengistirahatkan rig ketika tidak ada pengeboran (drilling).
"Waktu itu oil price crash banyak perusahaan setop drilling, jadi rig itu tidak terpakai, yang punya rig membawa masuk ke dalam yard," jelasnya saat konferensi pers IPA Convex ke-47, Kamis (20/7).
Ronald melanjutkan, pada saat pandemi, kegiatan pemeliharaan atau maintenance juga otomatis berhenti. Dengan demikian memasuki tahun 2021-2022, saat investasi hulu migas mulai agresif kembali, kondisi ini tidak diimbangi oleh kecepatan pengadaan rig.
ADVERTISEMENT
"Rig perlu waktu, perlu di-order lagi materialnya, dan tidak semuanya kita mau datang 1 bulan, kadang-kadang datang 3-4 bulan. Akibatnya supply and demand problem. Bukan hanya kita saja yang hadapi, negara lain juga sama. Itu faktor-faktor alam," tegasnya.
Dia mengungkapkan, kelangkaan rig menyebabkan harga sewa menjadi naik. Kenaikan harga rig ini sangat terasa untuk pengeboran lepas pantai. Menurutnya, permintaan rig lepas pantai sangat besar terutama dari negara Timur Tengah (middle east).
"Kalau kita cari sekarang itu susah karena rig-nya terbatas dan di Middle East di Arab Saudi, UEA, itu kan mereka lagi butuh banyak rig jadi marketnya tinggi, otomatis supply-nya, harganya tinggi," tutur Ronald.
"Di rig darat juga sama, kenaikannya belum setinggi rig laut biasanya dia punya supply demand yang masih oke, jadi kita sekarang ada gap naik, tapi tidak separah di offshore," pungkasnya.
Area pengeboran migas PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI). Foto: Dok. PHI
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menuturkan terjadi kenaikan investasi hulu migas secara global imbas harga minyak yang masih tinggi. Efeknya, kebutuhan industri penunjang juga ikut naik, termasuk rig atau alat pengeboran.
ADVERTISEMENT
"Kebutuhan rig dan sebagainya menjadi lebih tinggi dan membuat cost menjadi naik, itu yang terjadi sekarang sehingga kita harus menyikapinya dengan kesulitan yang kita hadapi," ungkap Dwi saat konferensi pers kinerja hulu migas semester I 2023, Selasa (19/7).
Sementara itu, Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan kelangkaan rig juga disebabkan inspeksi terhadap seluruh rig yang dimiliki oleh PT Pertamina (Persero), imbas kecelakaan di Blok Rokan yang menewaskan pekerjanya.

Hasil dari inspeksi tersebut menunjukkan bahwa sebagian rig yang dimiliki Pertamina ternyata tidak bisa digunakan karena harus diperbaiki dan dilengkapi peralatan keamanannya agar kecelakaan serupa tidak terjadi.

"Sehingga dalam posisi sekarang kekurangan rig dan sementara kita berusaha terus memenuhi tambahan rig dan sesuai dengan inspeksi atau sesuai persyaratan safety," ungkap Nanang.
ADVERTISEMENT