Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Alvin Lie Bicara Kondisi Garuda Indonesia: Pailit dan Mau Diganti Pelita Air?
20 Oktober 2021 14:36 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Isu Garuda Indonesia pailit mencuat. Kondisi tersebut tak terlepas dari pandemi COVID-19 yang membuat perjalanan udara menjadi terbatas dan jumlah penumpang menurun drastis.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, kondisi industri penerbangan, termasuk Garuda Indonesia babak belur karena pendapatan seret. PHK hingga pengembalian pesawat pada lessor harus dilakukan.
Saat ini, Garuda Indonesia juga tengah menghadapi sidang gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan maskapai penerbangan khusus kargo My Indo Airlines (MYIA).
Pengamat Penerbangan, Alvin Lie , menyoroti persoalan tersebut termasuk kemungkinan pemerintah akan membiarkan Garuda Indonesia pailit.
Dia membeberkan beberapa fakta, yakni penundaan keputusan sidang PKPU , pernyataan Presiden Jokowi kalau BUMN yang sakit parah agar ditutup saja. Selain itu, ada fakta utang Garuda Indonesia membengkak.
"Utang Garuda yang nilainya makin membengkak dari Rp 70 triliun, secara perhitungan bisnis terlalu berat. Jauh lebih murah membangun airlines baru atau mengembangkan airlines lain yang saat ini skalanya lebih kecil namun sehat secara finansial," kata Alvin melalui keterangan tertulisnya, Rabu (20/10).
ADVERTISEMENT
Fakta-fakta tersebut ada implikasinya, yaitu gugatan yang diajukan kreditur ke Pengadilan PKPU cukup valid dan kuat. Hingga saat ini pihak Garuda belum berhasil meyakinkan para kreditur tentang kemampuan menyelesaikan kewajiban keuangannya sesuai ekspektasi dan koridor toleransi kreditur.
Selanjutnya, Garuda belum memperoleh kepastian dukungan pendanaan baik dari pemerintah maupun pemegang saham lainnya. Sehingga belum mampu melakukan negosiasi dan menawarkan pola restrukturisasi utang kepada kreditur penggugat.
"Pernyataan Presiden Jokowi bisa diterjemahkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan bahwa Pemerintah cenderung akan lepas tangan dan membiarkan Garuda pailit dan tutup," ujar Alvin.
"Kondisi ini berdampak terhadap keyakinan kreditur lain dan para lessor terhadap kemampuan finansial Garuda sehingga membuat negosiasi dan restrukturisasi makin berat, bahkan macet bagi Garuda," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Alvin mengungkapkan pemerintah sudah berpengalaman menghadapi BUMN pailit seperti Merpati Nusantara, walau ada beberapa perbedaan, yaitu skala bisnis Merpati jauh lebih kecil daripada Garuda. Selain itu, Merpati merupakan BUMN murni, sedangkan Garuda merupakan perusahaan Tbk.
Jika Garuda pailit, apa kerugian pemerintah?
Alvin menjelaskan apabila Garuda pailit maka ada kerugian yang dialami pemerintah, yaitu modal yang sudah ditanamkan menjadi hangus. Reputasi dan kredibilitas semua BUMN dapat terdampak
"Modal Garuda di anak-anak perusahaan akan terdampak sehingga dapat mempengaruhi keberlangsungan dan kelancaran bisnis anak-anak perusahaan tersebut," terang Alvin.
Pemerintah siapkan Pelita Air untuk menggantikan Garuda?
Isu Garuda akan digantikan Pelita Air juga mencuat seiring kabar pailit. Alvin menjelaskan beberapa fakta yaitu Pelita Air merupakan anak perusahaan dari Pertamina. Menurut dia, Pelita Air selama ini cukup sehat beroperasi sebagai operator penerbangan charter, bukan Niaga berjadwal.
ADVERTISEMENT
Pelita Air mengoperasikan pesawat-pesawat kecil yang mencakup ATR 42-500, ATR 72-500, CASA 212-200, dan sejumlah helikopter. Pelita juga dipercaya mengoperasikan dan merawat pesawat Bae 146/ AVRO registrasi PK-PJJ yang dulu dioperasikan sebagai pesawat Kepresidenan. Sebelumnya Pelita Air juga pernah mengoperasikan pesawat jet Fokker 70 dan Fokker 100.
"Pelita Air baru saja memesan pesawat Airbus A320 dan mengajukan permohonan izin untuk menjadi operator penerbangan Niaga Berjadwal. Pelita Air dipimpin oleh Bapak Albert Burhan yang pernah terbukti sukses sebagai Direktur Utama Citilink," ungkap Alvin.
Namun, Alvin menjelaskan beberapa implikasi dari fakta tersebut adalah skala operasi Pelita Air jauh lebih kecil baik dibanding Garuda maupun Citilink. Meski begitu, kondisi finansial Pelita Air cukup baik saat ini.
ADVERTISEMENT
"Secara finansial Pelita Air cukup sehat dan Pertamina selaku induk perusahaan, memberi dukungan permodalan untuk mengembangkan bisnisnya. Pelita Air sedang mempersiapkan diri memasuki bisnis penerbangan Niaga Berjadwal," terang Alvin.
Apakah Pelita Air akan menggantikan Garuda?
Alvin merasa Citilink dalam posisi yang lebih siap untuk mengambil alih rute dan pelanggan Garuda dibandingkan Pelita Air. Ia menganggap ada tantangan berat bagi Pelita Air untuk mendadak mengembangkan bisnisnya secara ekstrem menjadi airlines utama.
Tantangan tersebut baik dari segi permodalan, armada, SDM maupun organisasi. Menurutnya akan lebih baik jika Pelita Air bertransformasi secara bertahap, daripada mengembangkan bisnis secara ekstrem.
“Kemungkinan pemerintah mempersiapkan Pelita Air untuk menjadi airlines lini kedua sebagai mitra atau pelapis Citilink,” tutur Alvin.
ADVERTISEMENT
Alvin menuturkan Citilink dapat berbagi peran dengan Pelita Air untuk membangun grup usaha yang berdaya saing kuat dalam industri. Misalnya, Citilink menjadi Full Service Carrier dan Pelita menjadi Low Cost Carrier. Pelita juga dapat menjadi feeder Citilink.
"Pengalaman dan jejaring bisnis Pak Albert Burhan memimpin Citilink menjadi asset strategis Pelita Air dalam mengembangkan bisnisnya dan bermitra dengan Citilink," ungkap Alvin.
Manajemen Garuda Indonesia Buka Suara soal Isu Pailit
Manajemen Garuda Indonesia buka suara soal opsi pailit karena masalah keuangan yang dialami perusahaan. Hingga saat ini, manajemen mengaku belum mendapatkan informasi resmi terkait opsi tindak lanjut pemulihan kinerja perseroan.
"Dapat kami pastikan sampai dengan saat ini, perseroan terus melakukan langkah-langkah strategis akselerasi pemulihan kinerja dengan fokus utama perbaikan fundamental kinerja perseroan," kata VP Corporate Secretary & Investor Relations Garuda Indonesia, Mitra Piranti, dalam keterangannya kepada Bursa Efek Indonesia.
ADVERTISEMENT
Adapun perbaikan fundamental kinerja perseroan, Mitra mengatakan dilakukan penguatan basis performa finansial maupun fokus model bisnis dalam jangka panjang, melalui program restrukturisasi menyeluruh yang saat ini tengah dirampungkan.
"Upaya tersebut turut kami intensifkan melalui berbagai upaya langkah penunjang perbaikan kinerja, khususnya dari aspek operasional penerbangan," katanya.
Mitra mengatakan manajemen optimistis dengan sinyal positif outlook industri penerbangan nasional di tengah situasi pandemi yang mulai terkendali serta dibukanya sektor pariwisata unggulan Indonesia, menjadi momentum penting perbaikan kinerja yang saat ini hingga ke depannya akan terus dioptimalkan secara bertahap dan terukur, sejalan dengan perbaikan fundamental kinerja operasi perseroan di masa adaptasi kebiasaan baru saat ini.
Soal apakah sudah ada pembahasan dengan pemerintah sebagai pemegang saham pengendali terkait opsi pailit tersebut, Mitra mengatakan diskusi Kementerian BUMN dengan perseroan saat ini adalah berkaitan rencana restrukturisasi yang akan dilaksanakan selaras dengan proses PKPU yang saat ini tengah berjalan.
ADVERTISEMENT
Terkait apakah isu pailit yang beredar saat ini berdampak pada proses restrukturisasi perseroan, Mitra mengatakan proses tersebut saat ini masih terus berlanjut dan merupakan fokus utama perseroan.
"Di samping itu, negosiasi dan komunikasi dengan para kreditur secara berkesinambungan dijalankan oleh Perseroan guna mencapai penyelesaian terbaik dan restrukturisasi yang optimal guna dapat memperbaiki fundamental kinerja Perseroan ke depannya," ujarnya.