Ambisi Jokowi Jadikan RI Raja Baterai Terancam, Prabowo Tetap Lanjutkan?

17 Januari 2024 10:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Capres 02 Prabowo Subianto menghadiri 'Dialog Capres Bersama Kadin: Menuju Indonesia Emas 2045' di Jakarta, Jumat (12/1). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Capres 02 Prabowo Subianto menghadiri 'Dialog Capres Bersama Kadin: Menuju Indonesia Emas 2045' di Jakarta, Jumat (12/1). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi berambisi membawa Indonesia menjadi raja baterai kendaraan listrik dunia. Hal itu dinilai punya potensi mengingat Indonesia produsen bahan baku baterai, nikel, dan Jokowi sudah melarang ekspor nikel mentah dan memulai hilirisasi dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Sayangnya di tengah Indonesia melakukan hilirisasi nikel dan membangun industri otomotif berbasis baterai listrik, harga nikel jatuh dan mengancam keberlangsungan investasi industri dalam negeri.
Wakil Bendahara Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Bobby Gafur Umar mengatakan jatuhnya harga nikel hanya masalah dinamika pasar, dan tidak menganulir komitmen pemerintah atas transisi energi baru.
"Masalah harga turun itu masalah pasar, tapi mandatory untuk transisi energi dan pemain energi hijau itu adalah mandatory," kata Bobby saat ditemui di Rodenstock Building, Jakarta Barat, Selasa (16/1) malam.
Capres 02 Prabowo Subianto menghadiri 'Dialog Capres Bersama Kadin: Menuju Indonesia Emas 2045' di Jakarta, Jumat (12/1). Foto: Dok. Istimewa
Menurut Bobby jatuhnya harga nikel ini hanya menjadi satu faktor saja dalam mewujudkan industrialisasi kendaraan listrik di Indonesia. Maka untuk menjawab keraguan bakal berhasil atau gagal, dia menegaskan diperlukan komitmen politik dari pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Nah kita harus bisa melakukan transisi dan oleh karena itu perlu komitmen politik, bagaimana kita harus bisa menuju net zero emisi di tahun 2060," tegas dia.

Harga Nikel Jatuh Buat Investor Ragu

Dikutip dari trading economics, harga nikel terus merosot dalam rentang satu tahun. Pada penutupan perdagangan Jumat (12/1), harga nikel menyentuh level USD 16.092 per ton, terkoreksi 40,03 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Penyebabnya adalah kelebihan pasokan alias oversupply. Indonesia terus menggenjot produksi nikel, tapi tidak mampu memperhitungkan daya serap kapasitas pengolahan dan industri hilirnya.
Menurut perkiraan terbaru dari International Nickel Study Group, pasokan mineral tersebut melampaui permintaan sebesar 223.000 metrik ton pada tahun 2023, dan kesenjangan tersebut diperkirakan akan melebar menjadi 239.000 metrik ton pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Harga nikel yang merosot akibat kelebihan pasokan ini, oleh Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, dinilai bakal membuat investor ragu untuk investasi di sektor ini.
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
"Pertimbangan investor melihat dari sisi keberlangsungan dari pasokan nikel itu sendiri karena harga nikel ini jatuh akan membuat investor atau pabrik nikel itu akan berpikir ulang apakah akan melanjutkan investasinya di Indonesia," kata Abra saat dihubungi kumparan.
Tidak cuma soal harganya yang jatuh, sepinya minat masyarakat Indonesia beralih ke kendaraan listrik juga menjadi faktor penting investor masuk Indonesia. Contohnya, realisasi konversi motor berbahan bakar menjadi motor listrik masih di bawah 1.000 unit, dari target 2023 sebanyak 50.000 unit.
"Itu yang menyebabkan industri otomotif listrik semakin ragu membangun ekosistem industri otomotif berbasis listrik. Karena demand juga tidak semeriah, tidak seantusias yang diharapkan atau dijanjikan pemerintah," tegas Abra.
ADVERTISEMENT