Anak Buah Luhut Sebut Indonesia Sudah Tinggalkan Praktik Ekonomi Ayam dan Monyet

7 Desember 2022 11:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tambang. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tambang. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto, menyebut Indonesia sudah meninggalkan praktik ekonomi ayam dan monyet.
ADVERTISEMENT
Seto menjelaskan, selama bertahun-tahun Indonesia sudah menganut praktik ekonomi ayam dan monyet, yakni menggali tambang kemudian digunakan atau bahkan diekspor ke luar negeri.
"Kalau boleh saya asosiasikan, dulu kita itu mindset nya adalah ekonomi ayam. Kenapa sih ekonomi ayam? Karena ayam itu kalau cari makan dia gali-gali terus dia makan. Sama kayak kita. Kita nambang, gali-gali ekspor," kata Seto dalam Forum Kemitraan Investasi 2022 di Hotel Fourseason, Jakarta, Rabu (7/12).
"Kalau monyet, petik langsung dimakan, petik langsung dimakan," imbuhnya.
Lebih lanjut, Seto menjelaskan saat ini pola pikir Indonesia sudah berubah. Indonesia sudah mulai mengolah bahan mentah dari sumber daya alam mineral, supaya menghasilkan nilai tambah.
"Arahnya pada industri yang nilai tambah tinggi. Kita sudah mulai di nikel jadi besi baja. Sekarang kita mengarah kepada baterai lithium," terang Seto.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data pemerintah, per Oktober 2022 kontribusi turunan ekspor nikel mencapai USD 28,3 miliar. Pada akhir tahun 2022 jumlahnya diprediksi melonjak hingga USD 33 miliar.
Ilustrasi tambang pasir besi. Foto: Shutter Stock
"Kita lihat Oktober 2022 kontribusi turunan ekspor nikel USD 28,3 miliar. Akhir tahun bisa mendekati USD 33 miliar, ini signifikan, ini ingin kita capai," ujarnya.
Lebih lanjut, Seto mengungkapkan, untuk membangun ekosistem baterai listrik tidak bisa hanya mengandalkan nikel dan kobalt. Indonesia juga membutuhkan aluminium, anoda, tembaga, dan lainnya.
"Tidak hanya fokus hilirisasi nikelnya, kita tarik investasi anoda dan lithium. Lithium kita tidak punya. Tapi saat ini bangun pabrik di Morowali, bahan baku impor lithium dari Australia," pungkas dia.