Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Anggota Komisi XII DPR Minta Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik Dipercepat
18 Februari 2025 18:13 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi XII DPR RI Fraksi Golkar, Dewi Yustisiana, mendorong PT Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk melakukan percepatan pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia.
ADVERTISEMENT
IBC ialah perusahaan BUMN yang bergerak di ekosistem baterai kendaraan listrik yang sahamnya dimiliki oleh PT Antam (Persero), PT Inalum (Persero), PT Pertamina New & Renewable Energy, dan PT PLN (Persero) masing-masing sebesar 25 persen.
Dewi menyatakan ada sedikitnya empat hal yang wajib dijalankan oleh IBC untuk mewujudkan misi tersebut. Pertama, IBC harus menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang dapat dilaksanakan (feasible) dan bisa segera dieksekusi.
"Kedua, menurut politikus Partai Golkar itu, IBC harus memperhitungkan secara detail tentang target bisnis dan biaya perusahaan sehingga dapat mencapai keuntungan yang maksimal," kata Dwi di DPR RI, Jakarta, Selasa (18/2).
Selanjutnya, Dewi menekankan pentingnya poin ketiga, yakni dukungan dan komitmen yang kuat dari shareholder yang terlibat, dalam hal ini PT Antam, PT Inalum, PT Pertamina New & Renewable Energy, dan PT PLN.
ADVERTISEMENT
Keempat, harus ada komitmen yang kuat dari pemerintah untuk terus mendukung mewujudkan ekosistem baterai kendaraan listrik, terutama terkait dengan upaya menyelesaikan persoalan ego sektoral yang terkesan saat ini menjadi salah satu penyebab lambannya pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik.
"Kita harus melihat peluang besar perkembangan global saat ini dalam hal energi dengan Indonesia sebagai pemain kunci dalam ekosistem baterai kendaraan listrik, di mana hal ini juga selaras dengan prioritas pemerintah mengenai hilirisasi," jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho, mengungkapkan fakta bahwa 40-45 persen baterai kendaraan listrik (EV) di dunia memakai bahan baku nikel dari Indonesia, namun proses pengolahannya di China.
Toto mengatakan, Indonesia memiliki hampir seluruh bahan baku untuk membuat baterai berbasis Nickel Manganese Cobalt (NMC), namun sayangnya proses produksinya masih banyak dilakukan di China.
ADVERTISEMENT
"Kemungkinan hampir 40-45 persen kendaraan EV ada di dunia asalnya baterainya sebenarnya dari Indonesia Pak. Dia dari Indonesia, dia dibawa ke China untuk diproses," jelasnya saat Rapat Dengar Pendapat Komisi XII DPR, Senin (17/2).
Nikel yang diproses di China tersebut, kata Toto, kemudian dikirim ke Amerika Serikat (AS) hingga Eropa. Dengan begitu, menurutnya, industri hilirisasi menjadi hal yang sangat strategis.
"Jadi sebenarnya sumbernya itu ada di Indonesia, cuman proses hilirisasinya tidak terjadi keseluruhannya di Indonesia, dan inilah yang saya rasa suatu hal yang sangat strategis buat Indonesia," kata Toto.