Angin Segar di Tengah Sentimen Corona: Peringkat Utang RI Naik

17 Maret 2020 20:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi uang rupiah Foto: Maciej Matlak/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang rupiah Foto: Maciej Matlak/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lembaga Pemeringkat Rating and Investment Information Inc (R&I) hari ini menaikkan peringkat utang Indonesia atau Sovereign Credit Rating menjadi BBB+ dengan outlook stabil (Investment Grade). Sebelumnya pada 26 April 2019, R&I mengafirmasi peringkat utang Indonesia BBB dan outlook stabil (Investment Grade).
ADVERTISEMENT
Merespons hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, kenaikan peringkat Indonesia itu menunjukkan masih terjaganya keyakinan stakeholder internasional terhadap kinerja perekonomian domestik. Menurutnya, hal tersebut sebagai hasil dari upaya bersama di area moneter, fiskal, dan reformasi struktural untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang kuat.
"Ke depan, Bank Indonesia akan tetap waspada dan terus memonitor perkembangan ekonomi global dan domestik, termasuk dampak covid-19," ujar Perry dalam keterangannya, Selasa (17/3).
Menurut lembaga pemeringkat yang berbasis di Jepang itu, keputusan peningkatan rating Indonesia didukung oleh beberapa faktor.
Indonesia dinilai memiliki implementasi kebijakan yang kuat untuk meningkatkan potensi perekonomian. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai akan tetap stabil dalam jangka menengah.
Meski demikian, adanya risiko virus corona dapat menekan perekonomian domestik. R&I memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun hingga di bawah 5 persen tahun ini.
ADVERTISEMENT
“Pemerintah dan bank sentral bekerja untuk menopang perekonomian dan menjaga stabilitas makroekonomi. Mengingat kekuatan ekonomi mendasar negara itu tetap utuh dan lingkungan politik yang stabil, R&I berharap ekonomi mulai pulih jika epidemi dikendalikan,” tulis laporan R&I.
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada pers mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Februari 2019, Kamis (20/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Defisit APBN 2020 diperkirakan akan tetap terjaga. Pemerintah juga dinilai akan tetap menjaga rasio utang pada tingkat rendah.
Namun dengan semakin mewabahnya virus corona, R&I memproyeksi defisit fiskal 2029 akan mencapai 3 persen atau sedikit di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), melebar dari target pemerintah dalam APBN 2020 sebesar 1,76 persen dari PDB.
R&I menilai, obligasi pemerintah yang bukan dipegang sepenuhnya oleh penduduk Indonesia dan utang berdenominasi mata uang asing sekitar 60 persen, menjadi rentan terhadap kondisi pasar keuangan global yang terus berfluktuasi.
ADVERTISEMENT
“Kebijakan yang berfokus pada stabilitas makroekonomi dan disiplin fiskal, bersama dengan dorongan kuat untuk reformasi struktural, menjadi sangat penting,” tulis R&I.
Upaya pemerintah dan bank sentral menjaga defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) selama tahun lalu juga dinilai R&I cukup baik.
Cadangan devisa juga dinilai mampu membiayai 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
“Risiko nilai tukar mata uang asing di sektor swasta telah menurun sebagai dampak dari langkah-langkah bank sentral untuk mengendalikan risiko nilai tukar mata uang asing, termasuk peraturan untuk lindung nilai atas utang dalam mata uang asing,” tulis laporan tersebut.