Angkasa Pura I Siapkan Galeri UMKM di 13 Bandara

16 Desember 2020 18:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Terminal Kedatangan Internasional di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Terminal Kedatangan Internasional di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
ADVERTISEMENT
PT Angkasa Pura I (Persero) menyiapkan 13 galeri UMKM di 13 bandara yang dikelolanya. Ke-13 galeri ini disiapkan untuk membantu produk-produk buatan lokal dijual ke penumpang bandara dan naik kelas di masa pandemi.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengatakan, 13 galeri UMKM ini disiapkan perusahaan memiliki konsep kedaerahan bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat. Total luasannya mencapai 2.312 meter persegi yang akan melibatkan 650 pelaku usaha UMKM.
"Melalui Galeri UMKM di bandara ini, para UMKM yang berada di wilayah bandara Angkasa Pura I memiliki kesempatan untuk memanfaatkan galeri tersebut sehingga meningkatkan peluang produk-produk mereka dapat diperkenalkan dan dipasarkan ke penumpang pesawat," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (15/12).
Dalam menyediakan fasilitas Galeri UMKM ini, Angkasa Pura I bekerja sama pemangku kepentingan lokal seperti pemerintah daerah, asosiasi, para pelaku seni, kelompok pegiat PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), dan lainnya.
Pengembangan UMKM melalui pelibatan di Galeri UMKM Bandara ini, merupakan bagian dari strategi pengembangan pariwisata daerah yang diinisiasi Angkasa Pura I melalui pilar "Local Involvement Growing People" di antara pilar lainnya dalam konsep strategi "HOSPITALITY". UMKM sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam industri pariwisata perlu diberdayakan dan dilibatkan agar siap berkembang bersamaan dengan momen kebangkitan industri pariwisata pada masa adaptasi kebiasaan baru.
Suasana konter check-in penumpang di Terminal 2 Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Saat ini, Angkasa Pura I telah menyiapkan 13 konsep Galeri UMKM di 13 bandara Angkasa Pura I. Sebagai contoh, Galeri UMKM Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali mengusung konsep Peken Tenten atau Summer in Bali.
ADVERTISEMENT
Galeri UMKM Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin mengusung konsep Pasar Terapung, Galeri UMKM Bandara El Tari Kupang mengusung konsep pasar Katemak, Galeri UMKM Bandara Juanda Surabaya mengusung konsep Pasar Suramadu, dan Galeri UMKM Bandara Internasional Yogyakarta yang mengusung konsep Pasar Kotagede.
Dari 13 Galeri UMKM di 13 bandara tersebut, 6 di antaranya sudah berdiri di 6 bandara, sedangkan 4 Galeri UMKM masih pada fase 1 (tahap penyiapan konsep dan penyeleksian potensi mitra) dan 3 Galeri UMKM sisanya telah masuk pada fase 2 (tahap perincian mekanisme kerja sama dengan mitra).
Adapun 6 Galeri UMKM yang sudah berdiri di 6 bandara Angkasa Pura I yaitu di Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo, Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang, Bandara Adi Soemarmo Solo, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan, dan Bandara Sentani Jayapura.
ADVERTISEMENT
Ada 7 Galeri UMKM yang tengah dalam tahap pengembangan (fase 1 dan 2) yaitu Galeri UMKM di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Bandara El Tari Kupang, Bandara Juanda Surabaya, Bandara Lombok Praya, Bandara Sam Ratulangi Manado, dan Bandara Adisutjipto.
Direktur Pemasaran dan Pelayanan AP I, Devy Suradji mengatakan, pemberdayaan UMKM di bandara ini tidak lagi menjadikan UMKM sebagai showcase tapi menaikkan citra mereka di mata penumpang. Karena itu, pihaknya juga melakukan pembinaan bagi UMKM-UMKM agar menghasilkan produk dengan tampilan dan pemasaran yang bagus.
Dia mengatakan, pihaknya juga mengkurasi produk-produk yang masuk Galeri UMKM. Meski begitu, dia memastikan harga yang dijual tidak akan semahal produk di luar UMKM karena AP I memberikan harga sewa di bawah rata-rata penyewa tenant lainnya di bandara.
ADVERTISEMENT
"Kita memang harus pantau dari sisi harga, jangan lebih mahal dari harga di dalam kota. Khusus UMKM, tidak ada minimum omzet. Jadi ini agar berbeda, kita kemas UMKM jadi bisnis model yang sustainable agar satu sama lain connected ke depannya," ujarnya.