Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Anjlok 71,25 Persen Sejak Awal Tahun, Ada Apa dengan Saham Bank Jago (ARTO)?
18 Oktober 2022 12:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bahkan untuk periode bulanan, saham bank besutan Jerry Ng ini sudah ambles 37,63 persen. Sementara untuk perdagangan di sesi I hari ini, Selasa (18/10), saham Bank Jago masih melemah 80 poin (1,71 persen) ke level 4.600.
Lalu apa yang menyebabkan saham Bank Jago ini terus melemah? Vice President INFOVESTA Wawan Hendrayana menjelaskan, sebelumnya kenaikan nilai saham Bank Jago pada 2021 lalu, didorong oleh kondisi pandemi COVID-19.
Hal tersebut membuat, digitalisasi bank dipandang sebagai solusi untuk menjangkau masyarakat luas yang belum memiliki layanan perbankan. Tak hanya itu, kenaikan saham juga didukung oleh PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sebagai induk.
"Pertumbuhan tinggi dari sisi user, hingga bank mencapai profitabilitas ikut menjadi pendorong, bahkan hingga kapitalisasi ARTO melebihi bank BNI (BBNI) walaupun aset dan profit jauh di bawahnya," kata Wawan kepada kumparan, Selasa (18/10).
Kendati demikian, lanjut Wawan, pertumbuhan saham sejumlah bank digital di tahun 2022 memang sudah tidak setinggi tahun sebelumnya. Bahkan, profit yang didapatkan juga cenderung kecil.
ADVERTISEMENT
Wawan menilai, investor mulai menilai Bank Jago berdasarkan fundamental, prospek, dan likuiditas. "Harga saham emiten mencerminkan ekspektasi pasar terhadap kinerja di masa datang, dan cenderung menuju harga wajarnya sesuai tiga faktor tersebut," imbuh Wawan.
Di sisi lain, saat ini investor cenderung melakukan switching ke sektor yang sedang naik daun yakni energi.
"Untuk yang sudah memiliki dan masih percaya pada prospek pertumbuhan ARTO ke depan bisa hold atau melakukan average down, namun disarankan wait and see dulu juga menunggu laporan keuangan kuartal III," tandasnya.
Sebelumnya, Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee mengatakan ada beberapa penyebab saham ARTO anjlok. Pertama, saat pandemi COVID-19, bank digital, termasuk ARTO, melesat tajam. Namun, kini pandemi berakhir, rupanya mempengaruhi gerak laju saham bank digital.
ADVERTISEMENT
"Kedua, tren suku bunga naik. Biasanya saham teknologi masih rugi, tapi ekspektasi untung, sehingga pertumbuhan jangka panjang. Saham teknologi valuasinya menjadi mahal, jadi tertekan turun ke bawah," katanya saat dihubungi kumparan.
Ketiga, biasanya saham startup seperti bank digital dianggap spekulatif. Kalau ekonomi buruk, inflasi tinggi, saham sektor ini akan cenderung terkoreksi.
"Apalagi suku bunga The Fed naik terus, (bikin) valuasi turun bank sentral dalam negeri juga menaikkan suku bunga. Resesi datang. Biasanya, kalau resesi datang, saham growth stock akan terkoreksi turun," ujarnya.