Anjloknya Kripto UST dan LUNA, Stablecoin Masih Aman Jadi Instrumen Investasi?

13 Mei 2022 18:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Terra LUNA. Foto: FellowNeko/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Logo Terra LUNA. Foto: FellowNeko/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Aset kripto TerraUSD (UST) dan Terra (LUNA) sedang jadi sorotan sepekan ini. Harga kedua aset kripto tersebut tak stabil, bahkan Terra LUNA anjlok 99 persen hanya dalam hitungan hari, setelah sempat jadi primadona investor dan menyentuh harga tertinggi sepanjang masa.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan situs CoinMarketCap, pada Jumat (13/5) pukul 14.00 WIB, LUNA diperdagangkan pada USD 0,00005687 dengan market cap sebesar USD 557 juta atau anjlok 63 persen.
Sebelumnya, LUNA telah mencapai harga tertinggi sepanjang masa pada Selasa (5/4) sebesar USD 119,18 per koin atau setara Rp 1,73 juta. Saat itu kapitalisasi pasarnya mencapai USD 40 miliar.
Penurunan harga LUNA ini sangat terpengaruh faktor peg atau berkurangnya nilai dari stablecoin asli jaringan Terra, UST. Mengutip tokocrypto.com, Stablecoin adalah cryptocurrency yang memiliki harga tetap yang nilai pasarnya melekat pada aset stabil lainnya.
Berbeda dari cryptocurrency normal, stablecoin dapat dipatok ke aset seperti mata uang tertentu yang dapat diperdagangkan di bursa dan juga dapat dipatok ke jenis aset lain, termasuk logam mulia, seperti emas, dan bahkan cryptocurrency lainnya.
ADVERTISEMENT
Adapun Stablecoin UST turun ke level USD 0,22 pada perdagangan Jumat (13/5), merupakan terendah sepanjang masa. Melihat hal ini apakah stablecoin masih aset kripto teraman untuk investasi saat ini?
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menjelaskan mekanisme stablecoin algoritmik memiliki kelemahan sebagai penopang sebagian besar nilai UST. Hal inilah yang menjadikan harga LUNA sangat terpengaruh penurunan UST yang sangat dramatis.
Afid menjelaskan, CEO Terralabs, Do Kwon, pun mengakui bahwa model stablecoin hadir dengan beberapa pengorbanan. Faktanya, kata Afid, memang koin sangat terdesentralisasi.
Namun jika dibandingkan dengan koin seperti Tether, Afid mengatakan harus menghadapi beberapa masalah stabilitas harga, terutama jika sistemnya berada di bawah tekanan.
"Jika terlalu banyak orang yang mencoba menebus UST sekaligus, "death spiral" hipotesis dapat terjadi dengan token LUNA yang dipasangkan dengannya. Nilai LUNA akan mulai runtuh karena lebih banyak token dicetak untuk memenuhi permintaan pengguna," kata Afid dalam keterangan tertulis, Jumat (13/5).
ADVERTISEMENT
Ilustrasi aset kripto Tera LUNA. Foto: terra luna crypto
Hipotesis Nilai LUNA Turun
Afid menerangkan kemungkinan besar penurunan ini terkait juga dengan adanya attack dari 'oknum' yang memanfaatkan kelemahan dari mekanisme yang Terra punya. Kelemahan dari Terra LUNA adalah soal "death spiral".
LUNA memiliki hubungan mutual dengan UST. Setiap ada UST diterbitkan, ada suplai LUNA yang di-burn, begitu pula sebaliknya. Seharusnya secara algoritma, kata Afid, ketika harga UST jatuh, ada UST yang di-burn dan LUNA yang diterbitkan. Nilai Terra LUNA bisa turun, jika TerraUSD dianggap tidak stabil.
"Blockchain Terra sempat berhenti untuk menghindari penyerangan governance pada jaringannya dan untuk membentuk rencana baru. Governance attack adalah kondisi di mana token yang digunakan untuk hak suara dikendalikan sebagian besar oleh satu pihak saja sehingga bisa merusak atau mengubah jaringan," kata Afid.
ADVERTISEMENT
Untuk saat ini, LUNA terlihat semakin tidak ada harapan dengan harga yang turun drastis dan kondisi keuangan perusahaan yang masih jatuh.
Jadi jika Terra mau kembalikan lagi ke peg-nya itu UST USD 1, Afid mengatakan mau tidak mau mesti dilakukan burn UST yang suplainya berlimpah dan efeknya suplai LUNA semakin banyak. Sehingga otomatis harga LUNA terus anjlok sampai UST bisa stabil ke USD 1.
Drama UST dan LUNA membuat investor khawatir dan ragu atas kondisi pasar stablecoin yang sebelumnya dianggap aman sebagai instrumen investasi, namun kini terlalu volatilitas.
Afid mengatakan tidak semua stablecoin menggunakan mekanisme algoritmik seperti UST. Binance IDR (BIDR) contohnya. BIDR merupakan stablecoin berbasis Rupiah yang dapat diperdagangkan dengan aset kripto lainnya.
ADVERTISEMENT
BIDR menggunakan Binance Chain (BEP-2) yang dipatok ke dalam Rupiah (IDR). BIDR akan tersedia untuk pembelian langsung dan penukaran dengan harga 1 BIDR setara dengan Rp 1.
Untuk menjaga kestabilannya, BIDR didukung 1:1 oleh Rupiah di rekening bank terpisah di Indonesia. BIDR akan diaudit setiap bulan oleh perusahaan audit. Laporan audit akan dipublikasikan di Tokocrypto untuk referensi bagi pengguna BIDR.