Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Anomali Harga Gabah Turun saat Musim Kemarau, Kementan Beri Penjelasan
3 September 2024 13:08 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, menurut dia, dengan kebijakan yang diteken Kementan, dalam kondisi kemarau yang berkepanjangan tersebut stok justru melimpah dan menyebabkan penurunan harga. Dia mengeklaim, kebijakan Kementan dapat menghadapi perubahan iklim dan tantangan di sektor pertanian dengan efektif.
Arief menyinggung hukum ekonomi mengenai keterkaitan supply dan harga. Menurut dia, ketika terjadi kemarau yang menyebabkan penurunan produksi, maka seharusnya stok yang menipis membuat harga naik, baik dari sisi beras maupun gabah.
“Fenomena ini mungkin belum pernah terjadi dalam 30 tahun terakhir, bahkan sejak Indonesia merdeka. Artinya, program dan kebijakan Kementan terkait pompanisasi dan oplah sudah tepat, karena berdampak positif terhadap peningkatan produksi,” kata Arief dalam keterangannya, Selasa (3/9).
ADVERTISEMENT
Berdasar data BPS, penurunan rata-rata harga gabah pada Agustus 2024 sebesar 0,07 persen (month to month/mtm). Data BPS yang dirilis pada Senin (2/9) juga menunjukkan harga GKP di tingkat petani pada Agustus 2024 turun sebesar 1,15 persen secara bulanan (mtn), sementara harga beras premium di penggilingan turun 1,19 persen.
Selain itu, penurunan harga beras baik medium maupun premium didorong oleh melimpahnya pasokan akibat beberapa sentra padi yang memasuki masa panen.
Sehingga, Arief memandang, peningkatan stok di tengah kemarau ini karena berhasilnya langkah Kementan dalam menggenjot produksi padi melalui Program Perluasan Areal Tanam (PAT) dan pompanisasi di sejumlah wilayah di Indonesia.
Arief kemudian mengutip data Kerangka Sampling Area (KSA) BPS, yang menunjukkan produksi beras diproyeksikan juga akan bertambah pada September 2,87 juta ton, dan Oktober 2,59 juta ton. Jika dibandingkan dengan angka produksi pada bulan yang sama pada tahun sebelumnya, selisihnya cukup signifikan yakni sebesar 356.329 ton di September dan 396.604 ton di Oktober.
ADVERTISEMENT
“Dulu, musim kemarau selalu dikaitkan dengan menurunnya produksi, yang mengakibatkan harga beras dan gabah cenderung naik. Namun, tahun ini, skenario tersebut tidak terjadi. Data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan bahwa harga gabah justru mengalami penurunan, yang mengindikasikan bahwa produksi padi nasional berada dalam kondisi yang baik, bahkan berlimpah,” tutup Arief.