Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Antam Ungkap Nasib Pembentukan JV Proyek Baterai di RI dengan LG
13 November 2024 15:54 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) atau Antam membeberkan progres pembentukan joint venture (JV) dengan konsorsium perusahaan asal Korea Selatan, LG, di proyek ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Antam, Nico Kanter, mengatakan proses pembahasan dengan pihak LG hingga kini belum rampung. Untuk menuntaskannya, Kementerian ESDM bersama Kementerian Investasi/BKPM juga ikut turun tangan.
Nico menuturkan, untuk proses pembentukan JV bersama China Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), anak usaha CATL, berjalan lancar dan diharapkan proses konstruksi proyek tersebut dilakukan sesuai dengan target.
JV tersebut mencakup pada kerja sama ekosistem hulu (upstream) dan tengah (midtsream) mega proyek tersebut, berupa pertambangan nikel dan smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High-Pressure Acid Leach (HPAL) di Halmahera Timur.
"Kita ada proses untuk financing-nya sudah ada lead yang akan membantu dan juga progres-progres perizinan kita juga jalankan, jadi progresnya maju semua. Kita bisa menunggu beberapa ada ODI approval, tapi untuk pembangunan RKEF dan HPAL-nya Insya Allah akan berjalan sesuai dengan target untuk CATL," jelasnya saat konferensi pers RUPSLB 2024, Rabu (13/11).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, untuk pembentukan JV bersama LG untuk proyek downstream (hilir) proyek baterai raksasa tersebut, Nico mengakui progresnya masih belum rampung dan berlangsung cukup menantang.
"Melihat progresnya yang masih challenging, karena konsorsium ini cukup lumayan complicated mereka di dalam JV-JV masing-masing, jadi ada beberapa anggotanya tetap dari LG, big konsorsium, tapi mereka adalah independent company, sehingga untuk menyatukan semuanya untuk berkomitmen yang sama, itu lebih challenging," tutur Nico.
Nico mengatakan, CATL maupun LG memiliki peran dan urgensi masing-masing dalam dalam proyek baterai ini. CATL, sebagai perusahaan China, diperlukan untuk menyasar pasar yang tidak terganjal kebijakan Amerika Serikat (AS), Inflation Reduction Act (IRA).
Melalui IRA, pemerintah AS memberikan subsidi besar kepada produsen kendaraan listrik AS, asalkan komponennya tidak bersumber dari entitas asing yang menjadi perhatian, termasuk perusahaan yang lebih dari 25 persen dimiliki oleh investor China.
ADVERTISEMENT
Kebijakan tersebut menghambat masuknya barang olahan mineral asal Indonesia ke AS, sebab perusahaan China kini masih mendominasi smelter lokal yang digunakan dalam baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik. Selain itu, Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) dengan AS.
Dengan demikian, lanjut Nico, perusahaan sangat membutuhkan keberadaan LG dalam megaproyek baterai tersebut, agar bisa menembus pasar AS. Pasalnya, Korea Selatan sudah memiliki FTA dengan AS
"Memang idenya tadinya adalah kita untuk mencapai pasar yang berbeda, yang CBL atau CATL ini targetnya memang kita untuk yang bukan IRA, tapi buat LG kita semua tahu karena Korea itu sudah mempunyai FTA dengan Amerika, jadi targetnya itu adalah untuk pasar yang berbeda," tutur Nico.
ADVERTISEMENT
Dia juga mengakui, proses negosiasi Antam dengan CATL lebih mudah daripada Konsorsium LG. Dengan begitu, perjalanan pembentukan JV dengan LG ini, menurut dia, dipastikan akan berjalan lebih lama meskipun Antam masih optimistis masih ada jalan keluar.
"Tapi Insyaallah ini akan kita bisa putuskan segera, karena untuk menanyakan kapan komersialnya, kan perlu komitmen, perlu ada FID (Final Investment Decision), perlu ada negosiasi di mana framework agreement itu harus kita capai bersama-sama. Nah this is still challenging dan belum selesai," tutur Nico.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha Antam I Dewa Bagus Wirantaya menambahkan progres terbaru proyek smelter di Halmahera Timur yakni menyelesaikan berbagai perizinan, ODI, dan Power Purchase Agreement.
"Tahun ini pula kita saat ini sedang persiapan basic design, penyediaan kontaktor EPC, dan persiapan-persiapan di lapangan terkait dengan prakonstruksi dari proyek," kata dia.
ADVERTISEMENT
Dewa melanjutkan, JV tersebut juga tengah menyelesaikan skema investasi pendanaan. Antam, kata dia, sudah menunjuk lead arranger dari China yang saat ini sedang melakukan evaluasi terhadap para lender seperti bank yang akan memberikan pendanaan dalam proyek tersebut.
"Diharapkan pada akhir tahun 2024 ini semua bisa realisasi dengan baik sehingga fase pertama konstruksi bisa dilakukan di tahun 2025 nanti," ungkap Dewa.
Di sisi lain, Dewa menyebutkan diskusi pembentukan JV bersama Konsorsium LG memang masih berlangsung dengan berbagai instansi. Dia hanya berharap segera ada keputusan untuk melanjutkan proyek menggunakan skema JV.
"Tapi di sisi lain beberapa pekerjaan paralel terkait dengan JV 1 di hulu upstream dan midstream sedang kita jalankan dengan partner dalam upaya untuk penyelesaian semua studi-studi dan sebagainya," pungkas Dewa.
ADVERTISEMENT
Rencana Proyek Pabrik Katoda di KITB
Adapun JV 3 akan membangun proyek pabrik katoda dengan investasi USD 9,8 miliar. Proyek ini adalah kerja sama konsorsium LG dan konsorsium Indonesia Baterai Corporation (IBC), yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, Huayou, LX International, Posco Future M, PT Antam (Persero) dan IBC.
Menurut Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, pabrik katoda tersebut akan dibangun di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). Saat meresmikan KITB bersama Presiden ke-6 Joko Widodo, Bahlil yang saat itu merupakan Menteri Investasi/Kepala BKPM, menyebutkan pabrik itu akan menyelesaikan studi kelayakan (feasibility study/FS) pada Agustus 2024 dan memulai konstruksi September 2024.
"Di lokasi ini juga akan dilakukan pembangunan katoda dari pada ekosistem baterai mobil dari LG Group yang akan dibangun bulan September, karena sudah selesai FS-nya di Agustus dan untuk katodanya akan dibangun di sini," ungkapnya saat peresmian operasional KITB, Jumat (26/7).
ADVERTISEMENT
Proyek tersebut akan menerima prekursor baterai dari fasilitas pengolahan mineral (smelter) yang dibangun di Halmahera Timur, Maluku Utara. Kemudian diproses menjadi katoda baterai di Batang, lalu menjadi baterai cell di Karawang.