Apical Group Jelaskan Tantangan & Peluang dalam Produksi Bahan Bakar Pesawat

2 November 2023 16:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
General Manager Green Energy, Biofuel Feedstock & Business Development Apical Group, Aika Yuri Winata dalam pagelaran Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Hotel Westin Bali, Kamis (2/11). dok. GAPKI
zoom-in-whitePerbesar
General Manager Green Energy, Biofuel Feedstock & Business Development Apical Group, Aika Yuri Winata dalam pagelaran Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Hotel Westin Bali, Kamis (2/11). dok. GAPKI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
General Manager Green Energy, Biofuel Feedstock & Business Development Apical Group, Aika Yuri Winata memperkenalkan peran penting perusahaan dalam industri pengolahan minyak nabati global. Hal tersebut ditekankan kehadiran global yang semakin berkembang dan kontribusi vital mereka ke berbagai sektor, termasuk makanan, oleokimia, dan bahan bakar terbarukan.
ADVERTISEMENT
Di mana, operasi Apical yang sepenuhnya terintegrasi dan sangat efisien di seluruh rantai nilai membuka jalan bagi keterlibatan dalam biofuel, khususnya Sustainable Aviation Fuel (SAF). Perusahaan juga bermitra dengan Cepsa dalam pembangunan pabrik biofuel generasi kedua di Eropa Selatan dengan kapasitas 500.000 ton per tahun.
Upaya ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon hingga 90 persen, setara dengan pengurangan substansial sebanyak 1,5 juta ton CO2 per tahun. Aika juga menyebut, sektor penerbangan global adalah kontributor penting terhadap emisi CO2, mencakup 3 persen dari emisi pada tahun 2019.
“Ini juga menjadi salah satu sektor yang paling sulit untuk didekarbonisasi, dengan komitmen untuk mencapai emisi net-zero pada tahun 2050. SAF muncul sebagai alternatif yang paling menjanjikan dan layak untuk bahan bakar pesawat konvensional, mampu mengurangi emisi CO2 hingga 90 persen, meskipun saat ini hanya menyumbang kurang dari 0,1 persen dari penggunaan bahan bakar pesawat,” jelas dia dalam pagelaran Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Hotel Westin Bali, Kamis (2/11).
ADVERTISEMENT
Perusahaan juga mengakui, transisi ke SAF tidaklah tanpa tantangan, termasuk biaya produksi tinggi dan pasokan terbatas karena pembatasan pada beberapa jenis biomassa. Biaya tambahan dari adopsi SAF diperkirakan akan mencapai miliaran dan triliunan dolar AS bagi produsen bahan bakar, yang mengakibatkan kenaikan sebesar USD 3-14 pada tiket rata-rata pada tahun 2030 dan USD 13 - 38 pada tahun 2050 untuk perjalanan udara yang lebih berkelanjutan.
Pagelaran Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Hotel Westin Bali, Kamis (2/11). dok. GAPKI
“Untuk mempercepat adopsi SAF dan melakukan dekarbonisasi perjalanan udara, penting untuk memanfaatkan kekuatan wilayah ASEAN. Ini mencakup ketersediaan dan aksesibilitas limbah dan sisa, potensi menurunkan emisi gas rumah kaca yang signifikan,” tambah Aika.
Di mana, negara-negara ASEAN secara kolektif menawarkan lebih dari 16 juta metrik ton minyak limbah dan sisa setiap tahun, dengan bahan baku potensial seperti minyak jelantah, limbah pabrik kelapa sawit, minyak tandan buah kosong, dan distilasi asam lemak kelapa sawit.
ADVERTISEMENT
Sehingga untuk mengakselerasi pengembangan SAF di ASEAN memerlukan intervensi kebijakan, termasuk mandat dan skema insentif, menyelaraskan kebijakan dengan standar internasional, dan mengimplementasikan pembiayaan berkelanjutan melalui kebijakan dan pinjaman penerbangan.
“Sebagai kesimpulan, mengupayakan dekarbonisasi perjalanan udara memerlukan upaya bersama, dan keterlibatan Apical Group dalam produksi bahan bakar terbang berkelanjutan adalah langkah penting menuju langit yang lebih hijau, yang menegaskan pentingnya kerja sama industri dan praktik berkelanjutan dalam sektor penerbangan,” tutur Aika.