Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Apple Perkirakan Biaya Operasional Bengkak Rp 14,7 Triliun Imbas Tarif Trump
2 Mei 2025 11:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
CEO Apple Inc., Tim Cook, menyampaikan kebijakan Presiden Donald Trump untuk menaikkan tarif impor terhadap produk asing akan menambah biaya operasional perusahaan sebesar USD 900 juta atau sekitar Rp 14,7 triliun (kurs Rp 16.400) pada kuartal berjalan.
ADVERTISEMENT
“Kami memperkirakan dampaknya akan menambah $900 juta terhadap biaya kami,” ujar Cook kepada analis mengutip Bloomberg dalam panggilan konferensi setelah merilis laporan keuangan kuartalan, Jumat (2/4).
Ia menekankan bahwa estimasi ini tidak bisa dijadikan patokan untuk proyeksi kuartal berikutnya karena terdapat sejumlah faktor unik yang menguntungkan di kuartal Juni.
Sebelumnya pada hari Kamis, Apple melaporkan penjualan dari wilayah China yang lebih lemah dari perkiraan analis. Pendapatan dari China turun 2,3 persen menjadi USD 16 miliar pada kuartal fiskal kedua yang berakhir 29 Maret.
Padahal analis sebelumnya memperkirakan angka penjualan sebesar USD 16,83 miliar.
Dominasi Huawei, Xiaomi hingga Oppo
Penjualan Apple di China turun 2,3 persen menjadi 16 miliar dolar AS pada kuartal kedua fiskal yang berakhir 29 Maret. Angka ini meleset dari perkiraan analis yang memperkirakan penjualan sebesar 16,83 miliar dolar AS. Selisih ini menjadi pertanda buruk bagi pasar yang dulu menjadi motor pertumbuhan Apple.
ADVERTISEMENT
Apple kini makin terdesak oleh merek ponsel lokal seperti Huawei, Xiaomi, dan Oppo. Selain itu, pemerintah China juga telah melarang penggunaan teknologi buatan asing di beberapa instansi kerja.
Ketergantungan Apple pada produksi di China juga membuat perusahaan sangat rentan terhadap kebijakan tarif dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Apple juga mengalami kesulitan di sektor kecerdasan buatan (AI), terutama di China, di mana platform Apple Intelligence belum tersedia. Di mata konsumen China, Apple makin dipandang tertinggal dari zaman, apalagi para pesaingnya sudah lebih dulu meluncurkan perangkat lipat (foldable).
Apple berencana meluncurkan layanan AI-nya di China dalam beberapa bulan ke depan, bekerja sama dengan mitra lokal seperti Alibaba Group Holding Ltd. dan Baidu Inc. Sementara itu, iPhone versi lipat dijadwalkan rilis tahun depan.
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari laporan keuangan kuartalan, Apple juga mengumumkan rencana untuk menambah program pembelian kembali saham (share buyback) sebesar 100 miliar dolar AS dan meningkatkan dividen kuartalan sebesar 4 persen menjadi 26 sen per saham. Saham Apple telah turun 15 persen sepanjang tahun ini hingga penutupan perdagangan Kamis.