Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Apple Selamat dari Krisis Usai Trump Bebaskan Tarif Impor Elektronik China
13 April 2025 13:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Apple Inc. bisa bernapas lega setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meneken produk information, communication, and technology (ICT), seperti smartphone dari China untuk tidak dapat tarif tinggi ketika diimpor ke AS.
ADVERTISEMENT
Mengutip Bloomberg, tanpa pengecualian ini Apple harus menggigit jari. Sebab tarif 125 persen yang diberlakukan Trump atas barang-barang yang diproduksi di Tiongkok mengancam akan mengacaukan rantai pasokannya seserius yang terjadi pada wabah COVID-19 lima tahun lalu.
Pada Jumat malam (11/4), Trump memberikan kemenangan besar kepada Apple, dengan membebaskan banyak barang elektronik konsumen yang populer. Barang-barang tersebut termasuk iPhone, iPad, Mac, Apple Watch, dan AirTags.
Kabar baik ini beriringan dengan penghapusan tarif 10 persen atas barang-barang yang diimpor dari negara lain untuk produk-produk tersebut.
Meskipun tarif sektoral baru yang lebih rendah mungkin masih berlaku pada barang-barang yang mengandung semikonduktor dan tarif sebesar 20 persen pada China masih berlaku. Hanya saja, kabar baik ini tentu menandai kemenangan bagi Apple dan industri elektronik konsumen yang masih sangat bergantung pada China untuk manufaktur.
ADVERTISEMENT
Analis Evercore ISI Amit Daryanani memperkirakan saham akan naik pada Senin (14/4), setelah penurunan 11 persen bulan ini.
"Ini merupakan kelegaan besar bagi Apple. Tarif akan mendorong inflasi biaya material,” kata analis Daryanani dikutip dari Bloomberg, Minggu (13/4).
Sebelum Trump mengeluarkan pengecualian, produsen iPhone tersebut punya rencana untuk menyesuaikan rantai pasokannya dan mengalihkan produksi iPhone untuk pasar AS di India. Sebab India, dikenakan pungutan yang jauh lebih rendah ketimbang China.
Rencana ini diyakini bisa menjadi solusi jangka pendek untuk menghindari tarif China yang sangat tinggi dan mencegah kenaikan harga yang besar.
Terlebih fasilitas produksi iPhone di India lebih dari 30 juta iPhone per tahun, produksi dari negara itu saja sudah dapat memenuhi sebagian besar permintaan Amerika. Apple, saat ini, menjual sekitar 220 juta hingga 230 juta iPhone setiap tahunnya, dengan sekitar sepertiganya dikirim ke AS.
ADVERTISEMENT
Besarnya pasokan yang harus dikirim ke AS ini membuat pemindahan produksi ke India akan sulit dilakukan, terutama karena perusahaan tersebut sudah hampir memproduksi iPhone 17, yang akan diproduksi utamanya di Tiongkok.
Di dalam Departemen Operasi, Keuangan, Dan Pemasaran Apple, kekhawatiran telah berkembang tentang dampak peluncuran ponsel baru pada musim gugur dan memicu rasa takut. Sebab pemindahan produksi ke India ini harus diselesaikan dalam waktu beberapa bulan.
Perusahaan itu mungkin harus menaikkan harga dan bersaing dengan pemasok untuk mendapatkan margin yang lebih baik. Kemudian pekerjaan rumahnya adalah meyakinkan konsumen bahwa semua itu sepadan.
Meski demikian, ketidakpastian tetap ada. Sebab kebijakan Gedung Putih kemungkinan akan berubah lagi, dan Apple mungkin perlu melakukan perubahan yang lebih dramatis. Namun, setidaknya untuk saat ini, manajemen merasa lega.
ADVERTISEMENT
iPhone adalah sumber penjualan terbesar Apple, perusahaan bergantung pada perangkat tersebut untuk lebih dari setengah pendapatannya, yaitu sebesar 55,6 persen. Kemudian disusul oleh services sebesar 21,2 persen hingga terakhir iPad hanya sebesar 6,5 persen dari total pendapatan Apple.