Arcandra Cerita soal Jerman Sulap Batu Bara Jadi BBM untuk Mesin Perang

2 Maret 2021 8:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar terlihat di Kementerian ESDM, Selasa (22/10/2019). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar terlihat di Kementerian ESDM, Selasa (22/10/2019). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar bercerita soal bagaimana Jerman memenuhi kebutuhan energinya saat Perang Dunia I dan II. Seperti diketahui, pada Perang Dunia I Jerman berkonflik dengan Rusia, Prancis dan Inggris. Pada Perang Dunia II, Jerman terlibat perang dengan hampir seluruh negara Eropa, sehingga boleh dikatakan Jerman berkonflik dengan negara-negara di perbatasannya.
ADVERTISEMENT
Kalau begitu dari mana Jerman memenuhi suplai bahan bakar untuk peralatan perangnya? Apakah mungkin BBM diselundupkan ke Jerman dari negara tetangga sehingga mereka mampu menghidupkan mesin-mesin perang mereka?
"Secara pasti tidak ada yang tahu, tapi dari literatur sejarah yang kami pelajari, Jerman kaya akan cadangan batu bara. Cadangan terbukti batu bara Jerman sekitar 36 miliar ton atau sekitar 3 persen dari total cadangan dunia. Kalau dibandingkan dengan negara lain maka Jerman ranking ke-7 untuk jumlah cadangan terbukti di bawah Amerika Serikat, Rusia, Australia, China, India dan Indonesia. Cadangan batu bara Jerman ini hampir sama dengan Indonesia," tutur Arcandra seperti dikutip dari akun Instagram resminya, Selasa (2/3).
Dalam perjalanannya, dengan budaya berinovasi dan kerja keras yang dimiliki bangsa Jerman, mereka kemudian mengembangkan teknologi Coal to Liquid (CTL) yang mengubah batu bara menjadi bahan bakar sintetik berupa gasoline untuk pesawat terbang dan kendaraan bermotor, gasoil (solar), lubricant oil dan waxes. Dengan teknologi CTL ini, kata Arcandra, Jerman mampu memenuhi 90 persen kebutuhan bahan bakar pesawat pesawatnya dan 50 persen kebutuhan BBM-nya pada tahun 1940-an.
ADVERTISEMENT
"Apa itu teknologi CTL? Mulai dikembangkan diawal abad 20 (sekitar tahun 1920-an) oleh Franz Fischer and Hans Tropsch sebagai inventornya dengan basis Indirect Coal Liquefaction (ICL) technology. Sehingga proses ini lebih dikenal dengan Fischer-Tropsch systesis (FT). Karena product yang dihasilkan lebih banyak ke solar dan lubricant maka kebutuhan gasoline tidak bisa terpenuhi. Untuk itu penemu lain Friedrich Bergus tertantang untuk menciptakan teknologi CTL lain dengan proses Direct Coal Liquefation (DCL) yang menghasilkan gasoline," paparnya.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batubara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTO
Dengan adanya dua teknologi ini maka berkibar lah Jerman sebagai negara yang mampu memenuhi kebutuhan energi mereka secara mandiri di Eropa.
Menurut Arcandra, Jerman telah menunjukkan bahwa kekayaan sumber daya alam yang didukung penguasaan teknologi menjadikan mereka sebagai negara maju dan adidaya.
ADVERTISEMENT
"Apakah ini yang menjadi salah satu sebab Jerman ingin menguasai Eropa sehingga masuk ke dalam kancah perang dunia kedua? Patut diduga dengan penguasaan teknologi di bidang energi yang tidak dipunyai oleh negara lain, ditambah dengan sumber daya batu bara yang besar, membuat Jerman merasa bisa mengalahkan negara mana pun pada waktu itu," tutup Arcandra.