Arcandra: LPG Impor Mahal, Jargas Jauh Lebih Murah

11 Februari 2019 21:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah terus mencari cara untuk mengurangi beban impor LPG yang bengkak tiap tahun. Salah satunya dengan membangun jaringan gas (jargas) bumi ke rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, harga LPG impor lebih mahal daripada gas yang disalurkan lewat pipa ke rumah-rumah. Masyarakat pun jauh lebih hemat kalau menggunakan jargas.
"Jargas ini kita dorong. Dengan penggunaan jargas, masyarakat jauh lebih hemat ketimbang LPG. LPG, selain impor, juga harganya lebih mahal," kata dia usai rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (11/2).
Dia mencontohkan, gas sebanyak 1 MMSCFD (juta kaki kubik per hari) seharga USD 7-8 yang disalurkan melalui jargas bisa mengaliri 35-40 ribu rumah. Sementara kalau menggunakan LPG, untuk bisa memenuhi kebutuhan 35-40 ribu rumah perlu USD 6.000 per MMFSCD.
Saat ini, kata dia, kebutuhan LPG 3 kg sebesar 6 juta ton per tahun. Sebanyak 4,5 juta sampai 4,7 juta ton harus diimpor setiap tahunnya oleh PT Pertamina (Persero).
ADVERTISEMENT
"Karena itu, (jargas) jauh lebih murah, maka kita dorong jargas lebih masif lagi sehingga impor LPG bisa ditekan lagi. Jadi bisa dihitung berapa komparasinya," ucapnya.
Sementara itu, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan saat ini, penggunaan jargas di rumah tangga masih sangat kurang. Untuk bisa memaksimalkan jargas ke rumah tangga, Jonan mengatakan, aturannya sedang diproses.
"Subsidi LPG kan total konsumsi 6,9 juta ton. Nah ini yang coba kita kurangi, Peraturan Presiden-nya sedang berjalan, drafting. Kami sudah paraf. Semoga ini bisa dibangun dalam jumlah besar. Target RUEN 4,7 juta (sambungan gas untuk rumah tangga)," ucap Jonan.