Arcandra Tahar Prediksi Harga Batu Bara Masih di Atas USD 70 per Ton Tahun Ini

12 Januari 2022 13:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) terpilih Arcandra Tahar usai RUPS Luar Biasa di kantor PGN, Jakarta, Selasa (21/1).  Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) terpilih Arcandra Tahar usai RUPS Luar Biasa di kantor PGN, Jakarta, Selasa (21/1). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Harga batu bara diprediksi akan tetap tinggi selama tahun 2022 ini. Imbas dari peningkatan permintaan batu bara dunia yang akan melebihi permintaan sebelum pandemi COVID-19, harga komoditas ini akan bergerak di atas USD 70 per ton.
ADVERTISEMENT
Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Arcandra Tahar menyebut, permintaan komoditas batu bara di tahun 2022 diperkirakan mencapai 7,4 miliar ton.
"Secara kebutuhan, ternyata tahun ini ada kemungkinan lebih tinggi daripada pra pandemi, salah satunya karena PLTU-PLTU baru yang masuk ke market China sangat besar sekali terutama di 2020 dan 5 tahun yang akan datang," ujar Arcandra dalam PGN Energy Economic Outlook 2022, Rabu (12/1).
Arcandra menjelaskan beberapa faktor yang memengaruhi harga batu bara tersebut. Pertama, bagaimana dunia mengontrol pandemi COVID-19 beserta varian-varian barunya. Jika kasus meningkat, pertumbuhan permintaan pun akan melambat.
"Kedua, konsumsi China dan India sangat besar, 65 persen konsumsi dunia untuk batu bara. Sementara China membutuhkan sumber energi murah agar produk mereka bisa bersaing," lanjutnya.
Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) terpilih Arcandra Tahar berpose seusai mengikuti RUPS Luar Biasa di Auditorium PGN, Jakarta, Selasa (21/1). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Dia melanjutkan, China telah menegaskan tidak akan berinvestasi di PLTU di luar China. "Itu memberikan harapan bagus, namun di China sendiri penambahan PLTU sangat signifikan. Kalau ditambah di China, kebutuhan coal akan tetap tinggi di 2022."
ADVERTISEMENT
Faktor selanjutnya adalah hubungan dagang antara China dengan Australia. Arcandra menjelaskan, hubungan dagang tersebut pun menjadi salah satu penyebab krisis energi di Eropa, di mana China tidak mau membeli batu bara dari Australia dan membuat harga batu bara di 2021 melebihi USD 200 per ton.
Kemudian, lanjut Arcandra, faktor lain yaitu tergantung bagaimana negara produsen batu bara meningkatkan produksi batu bara secara cepat. Negara tersebut yaitu Indonesia, Australia, dan Rusia.
"Mungkinkah Indonesia dapat meningkatkan produksi batu bara agar kebutuhan China dan India bisa terpenuhi, inilah faktor yang harus kita lihat," jelasnya.
Seorang pria berdiri di atas kapal saat tongkang batubara mengantri untuk ditarik di sepanjang sungai Mahakam di Samarinda, provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Adapun China sendiri pada faktanya memiliki cadangan batu bara terbesar keempat di dunia. Arcandra menyebut mereka pun melakukan eksplorasi dan eksploitasi sendiri, namun terhalang oleh aturan terkait keamanan dan lingkungan.
ADVERTISEMENT
"Control yang tight dari sisi environment, maka China belum mampu memenuhi kebutuhan batu baranya sendiri. Itu sebabnya harga tetap tinggi dan diperkirakan melebihi USD 70 per ton," tutur dia.
Terakhir, Arcandra menuturkan hal yang perlu diwaspadai terkait fluktuasi harga batu bara dunia di 2022 ini yaitu terkait pakta pertahanan AUKUS antara tiga negara, Australia, UK, dan US.
"Ini akan memengaruhi hubungan dagang, seberapa cepat China dan Australia bisa menormalisasi hubungan dagang mereka juga tergantung dari AUKUS ini," tandasnya.