Argentina Lobi RI Impor Sapi, Pemerintah Masih Pikir-pikir Harga & Kehalalannya

14 Mei 2025 15:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono dalam Konferensi Pers Produksi Beras Nasional di Kantor Kementan, Senin (5/5/2025).  Foto: Najma Ramadhanya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono dalam Konferensi Pers Produksi Beras Nasional di Kantor Kementan, Senin (5/5/2025). Foto: Najma Ramadhanya/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia membuka peluang baru untuk impor daging sapi dan sapi hidup dari Argentina untuk memenuhi kebutuhan protein hewani nasional. Langkah ini menjadi bagian dari diplomasi ekonomi antara dua negara yang saling melengkapi dari sisi produksi dan konsumsi pangan.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menyampaikan Indonesia telah menerima kunjungan Wakil Menteri Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Argentina, Agustin Tejeda Rodriguez, dalam rangka menjalin hubungan bilateral khususnya di sektor pertanian dan perdagangan daging.
“Kami menerima beliau dalam kaitannya untuk menjalin hubungan bilateral dan juga hubungan dagang antara dua negara, khususnya untuk komoditas pertanian. Argentina memiliki banyak stok atau banyak produksi di bidang hewani, daging sapi dan juga ekspor daging sapi dan juga ekspor sapi hidup,” kata Sudaryono kepada wartawan di kantornya, Rabu (14/5).
Kunjungan ini menjadi yang kedua setelah sebelumnya Agustin datang pada November tahun lalu. Kali ini, pemerintah Argentina secara khusus mempresentasikan proposal untuk mengekspor produk daging sapi, bakalan, dan sapi hidup ke Indonesia. Di sisi lain, Indonesia menanggapi positif tawaran tersebut, namun dengan sejumlah syarat teknis yang harus dipenuhi.
ADVERTISEMENT
Menurut Sudaryono, ada tiga isu utama yang menjadi fokus pembahasan pemerintah Indonesia. Pertama, masalah harga. Jarak geografis antara Argentina dan Indonesia yang sangat jauh menjadi tantangan logistik yang perlu diperhitungkan dalam menetapkan harga jual.
“Argentina ke Indonesia ini adalah, ini negara kan ada di opposite side of our country kan, ada di balik negara kita, jadi jaraknya jauh sekali bagaimana kesesuaian harga,” jelasnya.
Kedua, Indonesia meminta adanya prinsip timbal balik dalam perdagangan. Artinya, jika Indonesia membuka keran impor dari Argentina, maka Indonesia juga berharap bisa mengekspor produk ke negara tersebut. Dalam hal ini, pemerintah mengusulkan ekspor produk hortikultura dan olahan ayam yang saat ini mengalami kelebihan pasokan di dalam negeri.
Dokter hewan karantina melakukan pengecekan sapi impor dari Australia di Fasilitas Instalasi Karantina Hewan, Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (25/2/2025). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
“Karena kami ini sekarang Indonesia ini oversupply untuk daging ayam dan olahan ayamnya, maka kita juga memproses kepada beliau untuk kita bisa resiprokal mengekspor daging ayam dan olahan ayamnya ke Argentina,” tutur Sudaryono.
ADVERTISEMENT
Ketiga, Indonesia menekankan pentingnya sertifikasi halal dalam produk pangan, terutama daging. Sertifikat kesehatan hewan saja tidak cukup, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.
“Karena kita ini tidak hanya sertifikat health atau kesehatan, tapi juga kita butuh sertifikasi halal, karena halal itu penting bagi Indonesia di mana mayoritas dari penduduk kita adalah muslim,” tambahnya.
Dari sisi Argentina, Agustin Tejeda menyampaikan optimismenya terhadap peluang besar perdagangan daging dengan Indonesia. Negara asal Lionel Messi ini merupakan salah satu eksportir daging bovina terbesar di dunia, dengan jumlah ekspor mencapai satu juta ton per tahun.
“Hubungan antara Argentina dan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk perniagaan, investasi, dan kooperasi internasional. Dengan komplementaritas ekonomi kita dan dengan politik yang dilakukan oleh pemerintahan kita. Karena itu kami berada di sini untuk mendapatkan peluang,” ujar Agustin.
ADVERTISEMENT
Ia juga menegaskan, Argentina saat ini sedang mempercepat proses sertifikasi kesehatan dan sanitasi untuk bisa segera mengekspor dagingnya ke Indonesia.
“Argentina adalah salah satu eksportir daging bovina terbesar di dunia dan kami sedang bekerja untuk memiliki akses terbesar di pasar Indonesia agar mereka bisa memiliki produk berkualitas yang berkualitas dengan harga kompetitif,” kata Agustin.
Sementara itu, dari sisi kebijakan nasional, Sudaryono menegaskan bahwa keputusan untuk membuka impor daging telah diputuskan dalam rapat terbatas (ratas) pemerintah berdasarkan neraca komoditas. Dalam skema ini, jumlah produksi domestik, kebutuhan nasional, dan kekurangan pasokan dihitung untuk menentukan kuota impor tahunan.
Daging sapi Kobe yang baru diimpor dari Jepang ditampilkan di supermarket. Foto: Philippe Lopez / AFP
“Setiap tahun kita hitung berapa yang diproduksi dalam negeri, kemudian yang diproduksi oleh peternak kita berapa, kebutuhannya berapa, maka yang kita ekspor berapa itu diputuskan dalam ratas, saya ulangi, diputuskan dalam ratas Kemenko Pangan, di situ ada neraca komoditas,” ungkap Sudaryono.
ADVERTISEMENT
Ia mengungkapkan bahwa tahun 2025, Indonesia diperkirakan akan mengimpor sekitar 200 ribu ton daging. Kuota ini bisa diisi oleh negara mana pun selama memenuhi syarat kesehatan dan kehalalan, serta menawarkan harga yang kompetitif.
“Jumlah daging yang dialokasikan untuk diimpor tadi, kemudian kita ingin mencari source dari mana saja, selama dari sisi kesehatan dan dari sisi sertifikasi halalnya bagus. Maka kita ingin mengambil source dari mana pun yang bisa memberikan protein hewani yang harganya tidak mahal kepada rakyat, itu keinginan Presiden,” tegasnya.