Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Aroma Kudeta Bos Nissan di Balik Kasus Hukum Carlos Ghosn
23 November 2018 11:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Aroma kudeta bisnis merebak di balik kasus hukum yang menjerat Carlos Ghosn , setelah bos Nissan itu ditangkap otoritas hukum Jepang, atas tuduhan tak melaporkan pendapatannya secara benar dan penggelapan keuangan perusahaan.
ADVERTISEMENT
Tiga hari setelah penangkapan itu atau Kamis (22/11) waktu Tokyo, manajemen Nissan Motor Co secara bulat resmi memecat Carlos Ghosn. Rapat dewan direksi memberhentikan pemegang kewarganegaraan Brasil dan Prancis itu dari jabatannya sebagai chairman.
Reuters menulis, Hiroto Saikawa yang ditunjuk mengisi jabatan yang ditinggalkan Ghosn, kini telah mengambil alih panggung. Pasca-pemecatan Ghosn, Saikawa makin meneguhkan reputasinya sebagai pemimpin yang tangguh. Dia bahkan tidak takut memusuhi orang demi kepentingan bisnis.
Sementara itu AFP menggambarkan Saikawa sebagai anak didikan Ghosn yang telah menyingkirkan gurunya sendiri.
“Saikawa telah lama dianggap sebagai ‘anak Ghosn’. Dia banyak berutang atas didikan Ghosn, tapi kemudian menjadi saksi kejatuhan mentornya itu,” tulis kantor berita Prancis tersebut.
Berbeda dengan Ghosn yang blasteran Amerika Latin dan Lebanon, Hiroto Saikawa lahir dan besar sebagai orang Jepang dengan didikan khas negara tersebut. Jika Ghosn masuk ke Nissan pada 1999 dan langsung di posisi puncak manajemen sebagai Chief Operating Officer, Saikawa yang usianya setahun lebih tua dari Ghosn, merintis karier di Nissan sejak 1977.
Dia masuk ke perusahaan otomotif itu begitu lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Tokyo, perguruan tinggi paling bergengsi di Jepang. Setelah 40 tahun dia baru bisa sampai ke posisi puncak, sebagai Presiden dan Chief Executive Officer (CEO) di Nissan . Itu pun atas rekomendasi Ghosn.
ADVERTISEMENT
Ghosn, pria kelahiran Brasil, di awal kariernya di Nissan juga mengobrak-abrik berbagai tradisi manajemen ala Jepang yang sudah mengakar. Dengan proposal 'Nissan Revival Plan', dia menjalankan restrukturisasi perusahaan. Termasuk mem-PHK 21 ribu pekerja, menutup lima pabrik, dan menghilangkan promosi berbasis senioritas.
Posisi-posisi yang selama ini selalu diduduki orang Jepang, dia isi tenaga profesional asing dari Prancis dan Amerika Serikat. Dia juga hanya mau mengikat kontrak pengadaan jangka panjang dengan para pemasok, sehingga mendapatkan harga termurah.
Sementara Saikawa digambarkan oleh orang dalam perusahaan sebagai sosok yang cerdas, keras, terutama dalam menuntut hasil kerja.
"Dia sangat kuat dan agresif," kata seorang eksekutif Nissan, sambil menambahkan Saikawa tidak takut untuk mempermalukan orang-orang dalam pertemuan, jika kinerja mereka turun di bawah standarnya.
ADVERTISEMENT
"Ada orang-orang yang menyukainya dan ada pula yang membencinya," kata eksekutif lainnya yang juga menolak disebut identitasnya. Saikawa bekerja dengan segala karakternya itu. Dilansir Reuters, ada kecurigaan bahwa penangkapan Ghosn adalah kudeta yang direkayasa oleh mereka yang tidak senang dengan Ghosn.
Tak lama setelah penangkapan sang mentor, Saikawa menggelar jumpa pers di malam yang sudah larut. Dengan tegas saat itu dia mengatakan, akan meminta dewan direksi Nissan untuk segera melengserkan Ghosn dari posisinya sebagai chairman.
"Ini jauh dari rasa bersalah. Saya merasa, saya tidak tahu, kekecewaan besar dan frustrasi dan putus asa. Kemarahan dan kebencian," katanya dalam pernyataan pers, Senin (19/11). Saikawa mengejutkan para pengamat, ketika dia mengeluarkan serangkaian tuduhan keras terhadap mentornya.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari dugaan kudeta bisnis tersebut, proses hukum terhadap Ghosn terus berjalan. Dia dituding hanya melaporkan setengah, dari total penghasilannya dalam lima tahun terakhir yang sebesar USD 88 juta. Dia juga disangka menggunakan uang perusahaan secara tidak sah.