Arsitek: Pembangunan IKN Harus Cermat, Jangan Tergesa-gesa

23 Februari 2022 22:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menhub Budi Karya Sumadi tinjau lokasi calon bandara baru penunjang IKN. Foto: Kemenhub RI
zoom-in-whitePerbesar
Menhub Budi Karya Sumadi tinjau lokasi calon bandara baru penunjang IKN. Foto: Kemenhub RI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembangunan proyek Ibu Kota Negara (IKN) diminta harus dilakukan secara cermat dan tidak sporadis. Penasihat Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI) Jawa Barat, Budi Faisal, mengatakan ekosistem di Kalimantan juga harus diperhatikan dalam penggarapan IKN.
ADVERTISEMENT
“Pembangunan kota baru termasuk IKN harus cermat, tidak dilakukan sporadis apalagi tergesa-gesa, berdasarkan ekosistem setempat serta memuliakan keragaman budaya khususnya budaya lokal,” kata Budi saat webinar yang digelar pada Rabu (23/2).
Selain itu, Budi menyarankan pembangunan IKN harus menjaring banyak ide seperti dengan menggelar sayembara terbuka, konsultasi publik, hingga sosialisasi reguler. Menurutnya langkah tersebut bisa juga menciptakan sense of belonging atau rasa saling memiliki.
Tak hanya itu, Budi mengharapkan ada kolaborasi intra disiplin sejak awal. Ia menegaskan semua bidang keilmuan yang terkait harus dilibatkan agar pelaksanaannya lebih maksimal.
Budi menginginkan pembangunan IKN juga secara bersamaan bisa ikut mensejahterakan kota-kota dan desa-desa di sekitarnya.
konsep desain IKN yang baru. Foto: Kementerian PUPR
“Selain berbagi infrastruktur fisik, berbagi juga infrastruktur ekonomi, infrastruktur sosial, infrastruktur pendidikan,” ujar Budi.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Budi menuturkan pembangunan ibu kota tersebut juga harus belajar dari karakteristik ekosistem gambut. Apalagi, ekosistem itu sudah bersifat seperti sponge yang menyerap.
“Perencanaan IKN harus mempertimbangkan karakteristik lahan gambut yang sudah bersifat seperti sponge menyimpan dan menyerap air, sekaligus menjaga kelembaban media organik yang melindungi hutan dari kebakaran,” tutur Budi.