AS-China Perang Dagang, RI hingga Thailand Berharap Dapat Limpahan Investasi

7 Februari 2025 14:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) bertemu dengan Presiden China Xi Jinping (kanan) pada pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang. Foto: REUTERS / Kevin Lamarque
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) bertemu dengan Presiden China Xi Jinping (kanan) pada pertemuan bilateral di KTT G20 di Osaka, Jepang. Foto: REUTERS / Kevin Lamarque
ADVERTISEMENT
Perang dagang yang diserukan Presiden AS Donald Trump telah menimbulkan dampak ketidakpastian terhadap ekonomi global. Namun, perang dagang ini juga menjadi peluang bagi negara-negara berkembang untuk mendapat limpahan investasi.
ADVERTISEMENT
Trump memang menunda pengenaan tarif 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko. Namun, dia tak mengubah sikap untuk mengenakan tarif 10 persen terhadap China. Kondisi itu disebut bisa memberikan peluang bagi negara-negara berkembang.
Misalnya Thailand, tengah menyiapkan rancangan awal rencana strategis untuk sektor semikonduktornya dalam 90 hari ke depan, dengan tujuan menarik investasi baru di tengah perang dagang baru Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan China.
Mengutip Reuters, Sekretaris Jenderal Dewan Investasi Thailand (BOI), Narit Therdsteerasukdi, mengatakan akan menyewa konsultan untuk mengembangkan peta jalan industri.
Narit, yang melapor kepada perdana menteri, juga tengah melakukan roadshow ke Amerika Serikat dan Jepang untuk menggalang investasi semikonduktor di Thailand.
Industri semikonduktor global telah bergejolak dalam beberapa tahun terakhir karena AS dan China bersaing untuk mendapatkan supremasi teknologi.
ADVERTISEMENT
Beberapa rantai pasokan telah bergeser ke Asia Tenggara dan kekacauan lebih lanjut kemungkinan akan terjadi pada masa jabatan kedua Trump.
Thailand, ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Indonesia, mengalami lonjakan 35 persen dalam nilai aplikasi investasi masuk tahun lalu ke angka tertinggi dalam satu dekade senilai 1,14 triliun baht (USD 33,5 miliar).
"Saya perkirakan nilai total aplikasi (tahun ini) akan lebih besar dari angka tahun lalu, didorong oleh investasi di sektor elektronik dan digital," kata Narit.
Thailand menempati peringkat kedua setelah India dalam analisis ekonomi berkembang teratas untuk manufaktur semikonduktor, menurut laporan tahun 2024 oleh firma konsultan Kearney.
Indonesia Bisa Mendapat Limpahan Relokasi Pabrik China
Chatib Basri Foto: bekraf.go.id
Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Chatib Basri memprediksi bakal ada banyak perusahaan yang memiliki basis produksi di China, merelokasi pabriknya ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Dengan penerapan tarif 10 persen terhadap China dan juga ada trade war antara Amerika dengan China, itu bukan tidak mungkin basis produksi akan berpindah dari China ke negara-negara yang tidak dikenakan import tarif. Salah satunya Indonesia," kata Chatib di kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (6/2).
Chatib yang juga Mantan Menteri Keuangan, menilai Indonesia harus bisa memanfaatkan kesempatan dari relokasi ini. Untuk itu, anggota DEN menyampaikan betapa pentingnya perbaikan iklim investasi kepada Presiden Prabowo Subianto hari ini.
Menurutnya, perbaikan iklim investasi ini harus seiring dengan konsistensi kebijakan dan kepastian usaha sehingga posisi Indonesia bisa diuntungkan dari situasi perang dagang AS dan China.
Dia mengakui, saat ini lebih banyak relokasi basis produksi dari China ke Vietnam. Namun, dia memprediksi Indonesia masih bisa mendapatkan cipratan investasi baru dari perusahaan di China yang ingin ekspor ke AS.
ADVERTISEMENT
"Mungkin kalau Vietnam nanti terlalu penuh akan lari kepada Indonesia. Jadi ada semacam simulasi yang dilakukan dari perhitungannya itu menguntungkan Indonesia," jelas Chatib.