AS Serang Anti-kapal Houthi di Laut Merah, Logistik Perdagangan Global Terganggu

19 Januari 2024 9:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi kapal kontainer melintasi Teluk Suez menuju Laut Merah sebelum memasuki Terusan Suez, dekat kota pelabuhan Ismailia, timur laut Kairo, Mesir, Mesir 31 Oktober 2018. Gambar diambil 31 Oktober 2018. dok.  REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi kapal kontainer melintasi Teluk Suez menuju Laut Merah sebelum memasuki Terusan Suez, dekat kota pelabuhan Ismailia, timur laut Kairo, Mesir, Mesir 31 Oktober 2018. Gambar diambil 31 Oktober 2018. dok. REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan baru terhadap rudal anti-kapal Houthi yang ditujukan ke Laut Merah pada hari Kamis (18/1). Akibatnya, jalur logistik perdagangan global terganggu.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Jumat (19/1), militer AS menyatakan dua rudal anti-kapal yang menjadi sasaran serangan tersebut sedang dipersiapkan oleh kelompok Houthi Yaman, untuk ditembakkan ke Laut Merah dan dianggap sebagai ancaman besar terhadap pelayaran dan kapal Angkatan Laut AS di wilayah tersebut.
Serangan tersebut terjadi ketika meningkatnya ketegangan di jalur laut di kawasan itu dan mengganggu perdagangan global serta meningkatkan kekhawatiran akan kemacetan pasokan yang dapat memicu kembali inflasi.
Serangan yang dilakukan oleh milisi Houthi yang bersekutu dengan Iran terhadap kapal-kapal di dalam dan sekitar Laut Merah sejak bulan November 2023 telah memperlambat perdagangan antara Asia dan Eropa dan membuat khawatir negara-negara besar dengan meningkatnya perang antara Israel dan militan Hamas Palestina di Gaza.
ADVERTISEMENT
Serangan tersebut menargetkan rute yang mencakup sekitar 15 persen lalu lintas pelayaran dunia dan bertindak sebagai penghubung penting antara Eropa dan Asia. Rute pelayaran alternatif di sekitar Cape of Good Hope di Afrika Selatan dapat menambah waktu perjalanan 10-14 hari dibandingkan dengan perjalanan melalui Laut Merah dan Terusan Suez.
Ilustrasi kapal kargo. Foto: VladSV/Shutterstock
Penurunan tajam pendapatan dari Terusan Suez telah memberikan pukulan baru yang menyakitkan bagi perekonomian Mesir yang sudah memburuk. Ketua Otoritas Terusan Suez mengatakan, pekan lalu bahwa pendapatan telah turun sebesar 40 persen dalam 11 hari pertama bulan Januari.
Pengiriman gandum melalui Terusan Suez anjlok hampir 40 persen pada paruh pertama bulan Januari menjadi 0,5 juta metrik ton, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengatakan pada hari Kamis.
ADVERTISEMENT
Krisis Laut Merah melanda dunia bisnis dan menghidupkan kembali kekhawatiran mengenai renggangnya rantai pasokan yang muncul ketika aktivitas meningkat setelah pandemi COVID-19.
Perubahan rute kapal yang jumlahnya semakin banyak ini mengubah pola pengisian bahan bakar dan meningkatkan permintaan bahan bakar bunker yang digunakan oleh kapal-kapal di pelabuhan yang jauh, dari Mauritius hingga Afrika Selatan hingga Kepulauan Canary.
Para pejabat di Pelabuhan Rotterdam, pelabuhan terbesar di Eropa, memperkirakan lalu lintas akan menjadi lebih sibuk mulai akhir Januari karena kapal-kapal yang tertunda mulai berdatangan, namun mereka memperkirakan tidak akan ada masalah logistik yang serius.
Sebuah kapal kargo Yang Ming dan kapal lain berlabuh di luar Terusan Suez akibat sebuah kapal kontainer kandas dan memblokir lalu lintas, di Ismailia, Mesir. Foto: Amr Abdallah/Reuters
Pelabuhan di Italia dan Prancis khawatir akan dilewati karena kapal menjauh dari rute utama Mediterania. “Kami tidak melihat adanya dampak signifikan hingga saat ini, namun hal ini mengkhawatirkan,” kata pimpinan pelabuhan Marseille, Christophe Castaner.
ADVERTISEMENT
"Jika krisis ini terus berlanjut, salah satu skenarionya adalah kapal-kapal yang melakukan perjalanan keliling Afrika akan singgah di Maroko dan memindahkan barang ke kapal lain untuk melayani Mediterania," tambahnya.
Pakar keamanan dan militer menyatakan strategi yang diterapkan oleh Presiden AS Joe Bidenn, yang merupakan perpaduan antara serangan militer terbatas dan sanksi yang tampaknya bertujuan untuk mencegah konflik Timur Tengah yang lebih luas bahkan ketika Washington berupaya untuk menghukum kelompok Houthi.
Sementara Biden pada hari Kamis, mengakui bahwa serangan tersebut tidak menghentikan serangan yang dilakukan oleh militan namun respons militer AS akan terus berlanjut.
"Apakah mereka menghentikan Houthi? Tidak. Apakah mereka akan melanjutkannya? Ya," kata Biden kepada wartawan di pesawat Air Force One.
ADVERTISEMENT