AS Tambah Utang untuk Tutupi Defisit Anggaran USD 1 Triliun

10 April 2018 12:28 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Donald Trump berjalan-jalan di Gedung Putih (Foto: REUTERS/Mike Theiler)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump berjalan-jalan di Gedung Putih (Foto: REUTERS/Mike Theiler)
ADVERTISEMENT
Defisit anggaran Amerika Serikat (AS) secara tahunan diprediksi terus membesar, hingga pada 2020 diperkirakan mencapai USD 1 triliun atau setara Rp 13.700 triliun. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari kebijakan pemangkasan pajak yang digagas Presiden Donald Trump pada akhir 2017 lalu, sementara dari sisi belanja tak ada penghematan dan terus membesar.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari BBC, Badan Anggaran DPR (Congressional Budget Office/CBO) menyatakan, sementara menunggu perbaikan penerimaan negara, mereka akan menambah utang jangka panjang.
CBO menilai, hal ini bisa melonjakkan utang AS ke kondisi terburuk seperti saat Perang Dunia II. Ketika Perang Dunia II baru berakhir pada 1945, perbandingan utang AS terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mereka mencapai 113%. Artinya, utang negara itu 113% lebih besar dibandingkan total nilai barang dan jasa yang dihasilkan di sepanjang tahun 1945 itu. Lonjakan utang ini terjadi untuk membiayai perang yang dilakukan AS.
Posisi rasio utang terhadap PDB AS paling buruk pernah di posisi 118,9%. Sedangkan dalam dua tahun terakhir, rasionya di posisi 105,8% (2016) dan 105,4% (2017).
Ilustrasi mata uang Dolar. (Foto: AFP/Bay Ismoyo)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mata uang Dolar. (Foto: AFP/Bay Ismoyo)
CBO mengatakan, utang yang membesar akan menimbulkan masalah serius bagi anggaran negara. Hal ini akan membatasi keleluasaan pemerintah menjalankan kebijakan baru. Yang dikhawatirkan, utang yang besar juga akan membuatnya rentan terhadap guncangan fiskal.
ADVERTISEMENT
Kongres juga mengkhawatirkan, China akan menggunakan posisinya sebagai kreditur asing terbesar bagi Amerika Serikat. Hal ini memberikan daya tawar besar bagi China di tengah perselisihan dagang dengan AS.