Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
7 Ramadhan 1446 HJumat, 07 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
AS Terancam Resesi, Harga Minyak Brent dan WTI Anjlok ke Level Terendah
23 Juni 2022 9:12 WIB
ยท
waktu baca 2 menitDiperbarui 29 Juli 2022 6:05 WIB

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Kamis (23/6) pukul 8.10 WIB, minyak mentah berjangka Brent turun USD 2,09, atau 1,87 persen, menjadi menetap di USD 109,65 per barel. Patokan minyak global ini mencapai sesi terendah di USD 107,03, level terendah sejak 19 Mei.
Sementara itu, minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 2,19, atau 2,06 persen, menjadi menetap di USD 104 per barel. Adapun sesi terendah WTI mencapai USD 101,53, level terendah sejak 11 Mei.
Kenaikan suku bunga The Fed hingga 75 basis poin menjadi di kisaran 1,5-1,75 persen merupakan kenaikan terbesar sejak 1994. Hal ini menimbulkan kekhawatiran investor terhadap resesi ekonomi AS.
Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden meminta Kongres untuk meloloskan penangguhan pajak bensin federal selama tiga bulan untuk membantu memerangi rekor harga bensin dan memberikan bantuan kepada masyarakat Amerika musim panas ini.
ADVERTISEMENT
Menurut Biden, harga bensin yang rendah dapat meningkatkan permintaan dan mendukung harga minyak mentah. Analis PVM Stephen Brennock mengatakan, para trader minyak khawatir pemerintahan Biden mungkin mengambil tindakan lebih lanjut untuk mendinginkan harga energi yang tinggi.
Adapun anggota parlemen dari kedua partai besar AS telah menyatakan penolakannya untuk menangguhkan pajak bensin.
Gedung Putih pun meminta kepala eksekutif tujuh perusahaan minyak pada pertemuan pada hari Kamis untuk membahas cara-cara untuk meningkatkan kapasitas produksi dan mengurangi harga bensin sekitar USD 5 per galon.
Biden secara terbuka mengkritik Big Oil, yakni tujuh 7 perusahaan migas terbesar di dunia, karena menyimpan keuntungan besar. Namun, dia jarang berbicara langsung dengan kepala perusahaan energi atau perwakilan mereka, menurut catatan Gedung Putih dan wawancara dengan sumber-sumber industri.
ADVERTISEMENT