ASEAN Didorong Keluar dari Middle Income Trap, Bagaimana Caranya?

5 Oktober 2024 16:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono mendorong negara-negara di ASEAN harus keluar dari middle income trap. Beberapa langkah dapat dilakukan mulai dari pemanfaatan bonus demografi sampai meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM).
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menyebut pemanfaatan bonus demografi di ASEAN cukup penting.
Nantinya, seluruh negara-negara di ASEAN dapat saling berbagi pendidikan untuk peningkatan SDM yang terampil agar dapat bersaing. Peningkatan kualitas SDM juga dipandang Tauhid sebagai salah satu hal yang harus diperhatikan oleh Indonesia.
“Pertama memanfaatkan bonus demografi, maka bagaimana ada sharing pendidikan dan sebagainya agar SDM-SDM kita terampil. Karena kan kuncinya kan prioritas tenaga kerja. Kalau misalnya tenaga kerja kita paling rendah bersaing dengan negara lain maka akan sangat sulit dilakukan,” kata Tauhid kepada kumparan, Sabtu (5/10).
Tauhid juga menyebut peran penting kerja sama ekspor-impor di pasar ASEAN. Langkah ini bisa membuat potensi pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Tauhid juga menyebut penguatan investasi dengan mengurangi kebergantungan dominasi China dan Amerika Serikat juga merupakan langkah penting yang bisa dilakukan.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad usai acara Gambir Trade Talk 15 di Jakarta Pusat, Rabu (14/8). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Nantinya, ASEAN juga dapat mengimplementasi dedolarisasi agar nilai tukar ASEAN menguat. Dengan langkah tersebut, rupiah juga dapat terhindar dari depresiasi.
“Implementasi untuk dedolarisasi di kawasan ASEAN. Jadi menguatkan nilai tukar itu penting agar nilai tukar rupiah kita stabil. Jadi enggak terjadi depresiasi yang penuh dan macam-macam itu berfungsi untuk mendorong,” lanjut Tauhid.
Untuk keluar dari middle income trap atau negara yang berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah tetapi tidak dapat keluar untuk menjadi negara maju, ASEAN juga dapat memanfaatkan beberapa sektor seperti pariwisata sampai manufaktur.
Sementara itu, ekonom dan peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menambahkan kalau ekspor antarnegara ASEAN juga dapat dimaksimalkan tanpa hambatan non-tarif.
ADVERTISEMENT
“Tentu peran ASEAN lebih kepada bagaimana membuka pasar terutama antar sesama negara ASEAN untuk memastikan ekspor dari masing-masing negara ASEAN bisa masuk ke negara-negara Asean tanpa hambatan non tarif yang sangat signifikan,” kata Yusuf.
Yusuf menyebut Indonesia juga dapat belajar dari beberapa negara di ASEAN. Sehingga upaya keluar dari middle income trap bisa maksimal.
“Indonesia bisa belajar dari Thailand Bagaimana pengelolaan pariwisata yang lebih efektif dan lebih berkontribusi lebih besar pada katakanlah neraca pembayaran. Sementara Indonesia juga bisa belajar dari Vietnam bagaimana mendorong investasi dan industri manufaktur di sana karena Vietnam dalam beberapa tahun terakhir punya catatan yang baik terutama dalam mendorong investasi di sektor industri manufaktur,” tutur Yusuf.
ADVERTISEMENT