ASEAN Diminta Solid Hadapi Tarif Trump: Jangan Retaliasi, Fokus Negosiasi

10 April 2025 19:43 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ASEAN. Foto: PAPALAH/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ASEAN. Foto: PAPALAH/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Profesor Ekonomi dari Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew, National University of Singapore, Danny Quah, mewanti-wanti agar negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) kompak menghadapi tarif impor Presiden AS Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Danny meminta setiap negara-negara ASEAN untuk tidak merespons kebijakan tarif impor Trump secara berlebihan. Dalam arti, jangan sampai ASEAN melakukan retaliasi atau pembalasan terhadap kebijakan AS itu, meski pun saat ini tarif Trump ditunda 90 hari.
"Trump sudah menjadi Presiden AS, maka kita harus menerima itu, entah apa pun keputusan di Amerika. Kita harus menunjukkan perdamaian di sini, jangan retaliasi," kata Danny dalam acara Public Forum CSIS, di Jakarta, Kamis (10/4).
Selain itu, negara-negara ASEAN harus melihat bagaimana pentingnya solidaritas di wilayah Asia Tenggara. Menurutnya, hal ini mesti diperlihatkan kepada AS dan dunia demi keberlanjutan keamanan ASEAN itu sendiri.
Menurutnya, yang lebih fundamental bukan soal penerapan tarif Trump, tapi dampak panjang dari kebijakan itu terhadap siklus perdagangan global, termasuk ASEAN.
ADVERTISEMENT
Presiden Donald Trump menunjukkan grafik tarif impor baru saat "Make America Wealthy Again" di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (2/4/2025). Foto: Brendan Smialowski/AFP
Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti menyebut ASEAN lebih siap mengantisipasi terkait langkah Presiden AS Donald Trump yang baru saja menunda tarif impor ke sejumlah negara selama 90 hari.
"Saya pikir hal ini penting untuk mempertahankan hubungan yang dekat di region ASEAN dengan AS, bukan hanya AS, tetapi juga negara-negara Asia," kata Dyah Roro.
Bukan hanya mengembangkan ekonomi regional pascatarif Trump, ASEAN juga mendiversifikasi perhubungan tradisional termasuk perdagangan antarnegara di regional.
Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno menyebut saat ini ialah momentum untuk ASEAN menciptakan kebebasan regionalnya. Termasuk bicara hal-hal ekonomi.
Negara-negara ASEAN harus mengacu peraturan internasional dalam berdagang. Langkah selanjutnya, ASEAN bakal berdiskusi dengan Pemerintah AS, mencoba menemukan cara yang seimbang antarkedua regional.
ADVERTISEMENT
"Saya pikir, kita semua percaya dalam peraturan internasional, jadi saya pikir harus bekerja dalam peraturan WTO. Dalam pembicaraan ini, kita harus mengambil elemen perubahan," ujar Havas.