Asia Tenggara Dinilai Jadi Pasar Energi Surya yang Menjanjikan

14 Agustus 2024 10:04 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Analis Sistem Ketenagakerjaan dan Energi Terbarukan Institute for Essential Service Reform (IESR) IESR, Alvin Putra S dalam Media Briefing Indonesia Solar Summit di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2024). Foto: Argya Maheswara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Analis Sistem Ketenagakerjaan dan Energi Terbarukan Institute for Essential Service Reform (IESR) IESR, Alvin Putra S dalam Media Briefing Indonesia Solar Summit di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2024). Foto: Argya Maheswara/kumparan
ADVERTISEMENT
Analis Sistem Ketenagakerjaan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin Putra S, menilai Asia Tenggara menjadi pasar energi surya yang menjanjikan. Menurutnya, banyak negara yang berminat dengan energi terbarukan tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Alvin, hal ini dikarenakan energi surya merupakan potensi yang mudah sekali untuk berkembang cepat. “Energi surya yang memiliki potensi paling cepat,” ungkap Alvin saat Media Briefing Indonesia Solar Summit, di Jakarta Pusat, dikutip pada Rabu (14/8).
Alvin mengungkapkan saat ini total kapasitas energi surya di Asia Tenggara adalah 25,9 GW. Ia menyebut Vietnam dan Thailand memiliki kapasitas energi surya terbesar.
Selain Vietnam dan Thailand, Filipina berada di posisi selanjutnya dengan penambahan kapasitas energi surya sebesar 600 MW. Hal ini dipelopori investasi swasta yang dominan. Malaysia menyusul di posisi selanjutnya dengan penambahan kapasitas energi surya sebesar 450 MW.
“Secara market investor swasta melihat Filipina cukup stabil, Kedua Malaysia, salah satunya ada tender skala besar,” ujar Alvin.
ADVERTISEMENT
Suasana proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Setelah beberapa negara tersebut, barulah ada posisi Singapura dan Indonesia. Singapura memiliki penambahan energi surya sebesar 442 MW, sedangkan Indonesia yang berada di bawahnya menyusul dengan penambahan energi surya sebesar 388 MW.
Untuk Indonesia, penambahan ini didorong dengan adanya PLTS Terapung Cirata yang mulai beroperasi.